Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kebijakan Tak Sinergis, Rupiah Terus Anjlok
Oleh : Redaksi
Rabu | 21-08-2013 | 19:23 WIB

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Mata uang rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat dan pada perdangangan Rabu (21/8/2013) bahkan sempat menembus lebih dari Rp11.000 per dolar.

Di beberapa tempat penukaran uang di Jakarta, kurs jual dolar pada siang hari berkisar Rp10.900 hingga Rp11.200 per dolar.

"Dari malam kemarin sudah tembus Rp11.000. Pagi ini sempat Rp11.100 dan sekarang sudah menguat lagi sedikit," kata Andiko Sati Purwoko, pengelola penukaran uang di Sari Valas, Jakarta.

"Kebanyakan orang lebih banyak menjual, tetapi banyak juga yang menahan untuk lihat posisi apakah besok akan naik lagi atau tidak. Kita tidak bisa prediksi karena tiap hari kenaikan bisa sampai 200 poin."

Sementara, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah per 21 Agustus berada pada level Rp10.723 atau melemah 219 poin dari nilai pada sehari sebelumnya.

Seakan menjawab gejolak yang terjadi di pasar, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan pihaknya akan segera mengumumkan paket kebijakan pada Jumat (23/8/2013) mendatang untuk mengatasi tingginya inflasi dan tingkat pengangguran.

"Dalam tiga hari terakhir, kabinet telah bekerja untuk menyusun kebijakan ekonomi dan manajemen dengan tujuan menjaga stabilitas finansial. Kami akan mempertahankan pertumbuhan ekonomi dari perlambatan," katanya seperti dilansir kantor berita Reuters.

Pengamat ekonomi Econit, Hendri Saparini, pemerintah dan Bank Indonesia harus segera melakukan sinkronisasi kebijakan agar pelaku pasar bisa kembali optimis terhadap perekonomian Indonesia. Terutama dalam mengatasi tingginya inflasi yang berdampak negatif terhadap nilai tukar.

"Inflasi ini harus diselesaikan dari kebijakan moneter dan fiskal. Kemarin inflasi ini problemnya di sisi penawaran tapi kenapa diselesaikan dengan kenaikan suku bunga [BI rate], sementara dari kebijakan fiskal belum ada kebijakan yang saya rasa pas," kata Hendri kepada wartawan BBC Indonesia, Christine Franciska.

Sementara itu ekonom dari LIPI, Latief Adam mengatakan masih banyak fasilitas yang bisa digunakan oleh Bank Indonesia untuk menahan gejolak pasar.

Namun yang terpenting, menurutnya, pemerintah harus menjalin komunikasi intensif dengan pelaku pasar dan meyakinkan bahwa perekonomian Indonesia masih tetap potensial.

Latief menngatakan jika pelemahan terus terjadi, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh sektor finansial tetapi juga masyarakat secara umum.

"Kenaikan dolar akan menyebabkan harga barang impor seperti pangan dan barang industri naik, sehingga inflasi akan terus meningkat. Dan jika inflasi meningkat, konsumsi masyarakat akan menurun dan pada akhirnya juga akan melemahkan kesejahteraan rakyat."

Sumber: BBC