Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemanasan Global Turut Picu Peningkatan Kekerasan
Oleh : Redaksi
Senin | 12-08-2013 | 19:30 WIB

CALIFORNIA - Perubahan iklim ternyata tidak hanya memicu munculnya cuaca ekstrem, hujan badai, menyebabkan banjir, ataupun bencana alam lainnya. Perubahan iklim diduga juga menjadi penyebab meningkatnya kejahatan kekerasan di berbagai belahan dunia.

Hal ini terungkap dalam sebuah studi yang secara kontroversial mengaitkan antara naiknya kekerasan domestik, penyerangan dan berbagai kejahatan lain dengan udara yang semakin panas. Berbagai konflik kekerasan yang terjadi di dunia sangat erat terkait dengan pemanasan global yang terus terjadi. 

Seiring dengan meluasnya pemanasan global di bagian-bagian dunia yang rentan konflik, orang mulai pindah dari daerah yang rawan ke wilayah lainnya, dan memulai konflik dengan populasi yang sudah ada di sana. Pola ini sudah terbukti di seluruh dunia, dan para ahli bahkan cukup yakin bahwa konflik di Darfur, Sudan, juga terkait dengan perubahan iklim.

Para ahli yang melakukan penelitian ini mengambil berbagai contoh berbagai peristiwa kekerasan yang terjadi di Brazil, Cina, Jerman dan Amerika. Penelitian ini sudah diterbitkan di jurnal ilmiah Science

Dalam penjelasannya, para peneliti berpendapat bahwa kenaikan kecil suhu udara atau pola cuaca yang tidak biasa, bahkan bisa memantik terjadinya pola perilaku kekerasan. Hal ini dijelaskan oleh para ahli lewat temuan kasus di India dan Australia saat mengalami kekeringan; lalu kasus invasi lahan juga terkait dengan cuaca buruk di Brazil; dan berbagai kasus penyerangan dan pembunuhan di Amerika dan Tanzania.

Selain mendalami berbagai data statistik dari masa lalu, para ahli juga mempelajari berbagai pola kekerasan yang terjadi dari data-data terkini. “Apa yang kurang hanyalah gambaran jelas secara keseluruhan apa yang diberikan secara umum dalam penelitian ini. Kami mengumpulkan 60 data yang berisi 45 set data yang berbeda, dan kami menganalisis ulang data dan temuan menggunakan kerangka statistik. Hasilnya ternyata sangat mengejutkan,” ungkap peneliti utama riset ini, Solomon Hsiang, dari University of California, Berkeley.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa konflik, termasuk kekerasan domestik dan kekerasan etnik, semakin meningkat seiring dengan kenaikan temperatur udara. Para peneliti mengatakan bahwa dari seluruh 27 kasus di masyarakat moderen yang dipelajari, menunjukkan bahwa suhu udara yang lebih tinggi berkorelasi dengan naiknya angka kejahatan kekerasan.

Namun mereka tidak menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meyakinkan hasil penelitian ini dan menjelaskan mengapa hubungan antara cuaca dan kekerasan bisa terjadi. Berbagai alasan bisa menjadi sumber kekerasan ini, mulai dari kesulitan ekonomi akibat gagal panen atau keringnya udara akibat kemarau, hingga dampak fisiologis dari udara yang panas. (*)

sumber: Mongabay