Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Konsumsi Energi Dunia Naik 56 Persen pada 2040
Oleh : Redaksi
Kamis | 01-08-2013 | 11:41 WIB

WASHINGTON - Konsumsi energi dunia diperkirakan naik 56 persen pada 2040 didorong oleh pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang. Hal ini terungkap dalam International Energy Outlook 2013 (IEO2013), yang dirilis oleh Energy Information Administration (EIA), lembaga energi milik pemerintah Amerika Serikat, pekan lalu.

"Meningkatnya kesejahteraan di China dan India menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan permintaan energi. Kedua negara ini menyumbang separuh dari peningkatan penggunaan energi dunia hingga 2040," ujar Adam Sieminski, administrator EIA. "Perkembangan ini akan berdampak besar pada pasar energi dunia," ujar Sieminski.

Menurut EIA, teknologi energi baru dan terbarukan juga berperan penting dalam perkembangan energi dunia. Pertumbuhan energi baru dan terbarukan dan energi nuklir diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dibanding energi dari bahan bakar fosil dalam periode yang sama.

Sejumlah penemuan yang lain diantaranya adalah, konsumsi energi dunia naik dari 524 ribu trilliun/quadrillion (Btu) pada 2010 menjadi 820 ribu triliun Btu pada 2040. Peningkatan penggunaan energi ini sebagian besar berasal dari negara berkembang yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat dalam jangka panjang.

Data EIA menyebutkan bahan bakar fosil akan terus mendominasi pasokan energi di bumi dengan memasok 80 persen kebutuhan energi dunia hingga 2040. Konsumsi bensin dan bahan bakar fosil cair lain akan turun dari 34 persen pada 2010 menjadi 28 persen pada 2040. Sebagai gantinya energi terbarukan dan energi nuklir akan menjadi energi dengan pertumbuhan terpesat.

Gas alam akan menjadi bahan bakar fosil dengan pertumbuhan tercepat. Konsumsi gas alam dunia anak meningkat 1,7 persen per tahun. Peningkatan pasokan berbagai jenis gas alam termasuk tight gas, shale gas, dan coalbed methane mendorong pertumbuhan penggunaan gas alam dunia.

Konsumsi energi batu bara akan tumbuh lebih cepat dibanding konsumsi bahan bakar cair setelah tahun 2030, akibat peningkatan konsumsi batu bara di China, tingginya harga minyak dan melambatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara maju yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).

Harga minyak mentah diperkirakan akan terus naik dari rata-rata $105 per barel pada 2013 menjadi $106 per barel pada 2020 dan $163 per barel pada 2040 dengan nilai dolar tahun 2011. Hampir 80 persen peningkatan energi baru dan terbarukan akan datang dari energi air dan angin. Kontribusi energi angin telah tumbuh pesar dalam beberapa dekade terakhir dan akan berlanjut pada masa datang.

Dari 5,4 triliun KWh penambahan kapasitas energi terbarukan pada 2040, sebanyak 52 persen berasal dari energi air dan 28 persen berasal dari energi angin. Sebagian besar pertumbuhan kapasitas energi air (82 persen) berasal dari negara-negara non-OECD, sementara lebih dari separuh pertumbuhan kapasitas energi angin (52 persen) terjadi di negara-negara OECD.

Pasokan listrik dari energi nuklir dunia, menurut EIA akan meningkat dari 2,6 triliun KWh pada 2010 menjadi 5,5 triliun KWh pada 2040, seiring upaya mengamankan ketahanan energi dan mengurangi jumlah emisi gas rumah kaca. Banyak faktor yang memengaruhi pertumbuhan energi nuklir di antaranya adalah bencana nuklir di Fukushima Daiichi, Jepang pada Maret 2011, rencana kebijakan sejumlah negara anggota OECD di Eropa untuk memensiunkan pembangkit nuklir mereka dan pertumbuhan energi nuklir di Asia.

Dengan kebijakan dan regulasi yang ada saat ini, emisi CO2 dari bidang energi akan terus meningkat dari sekitar 31 miliar metrik ton pada 2010 menjadi 36 miliar metrik ton pada 2020 dan menjadi 45 milliar metrik ton pada 2040 - atau naik 46 persen selama jangka waktu 30 tahun.

Sumber: hijauku.com