Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Cuaca Cenderung Kering, Kabut Asap Sumatera Masih Mengancam
Oleh : Redaksi
Jum'at | 26-07-2013 | 16:12 WIB
kabut-asap-sekupang......jpg Honda-Batam
(Foto: Irwan/batamtoday)

BATAM - Pemerintah terus menggencarkan upaya memadamkan kebakaran lahan di Sumatra. Hujan hari Kamis kemarin membantu mengurangi tingkat polusi di berbagai kawasan Asia Tenggara. Tapi para pakar memperingatkan bahwa ancaman kabut asap masih ada.


Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa hingga Rabu sore, jumlah titik api alias hotspot di provinsi Riau turun menjadi 56 dari 185 titik sehari sebelumnya. Empat helikopter dan 100 anggota militer dikerahkan untuk memadamkan api.

Sementara itu Badan Lingkungan Hidup Nasional Singapura (NEA) mengumumkan bahwa jumlah titik api di Sumatra yang terdeteksi oleh satelit berkurang menjadi 89 titik pada Rabu. Tapi para pakar memperingatkan bahwa polusi udara bisa sekonyong-konyong muncul kembali, karena faktor-faktor penyebab kebakaran kemungkinan besar masih akan bertahan selama tiga bulan.

“Cuaca dalam bulan-bulan sekarang cenderung lebih kering. Namun pada tahun ini, bulan kemarin [kondisi di Sumatra] bahkan lebih kering dari biasanya,” kata Jason Cohen, pakar dari National University of Singapore dalam surat elektronik ke The Wall Street Journal.

Cohen mengutip data dari Tropical Rainfall Measuring Mission, proyek gabungan badan antariksa Amerika Serikat dan Jepang. Data tersebut menunjukkan “anomali curah hujan” di Sumatra pada bulan lalu, ujarnya.

Cuaca yang cenderung berawan bisa jadi membuat satelit tidak bisa mendeteksi titik api, karena terhalang oleh gumpalan awan.

“Asap terlihat masih membubung dari sejumlah titik api, dan kabut asap lintas negara terus memengaruhi semenanjung Malaysia, [meski] membaik dibanding sebelumnya,” demikian keterangan di situs badan lingkungan hidup Singapura.

Lembaga itu memprediksi angin akan terus bertiup dari selatan atau tenggara dalam beberapa hari ke depan. Arah angin ini menguntungkan karena asap tidak akan terbawa dari Sumatra, yang berada di barat Singapura.

Pada Selasa, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, musim topan tropis di belahan bumi utara berpotensi terus berlangsung hingga September. Sebagian besar topan diprediksi terjadi pada Agustus.

“Fenomena ini berperan dalam menciptakan pola cuaca di area terdampak. Topan ini mungkin akan mengumpulkan semua udara dan kabut asap dan meniupnya ke Singapura dan Malaysia, seperti yang terjadi pada Juni,” ujar BMKG.

Faktor-faktor yang mengendalikan angin di Asia Tenggara ini terkait dengan musim hujan, demikian menurut Cohen. Selain itu, ketidaksamaan panas laut dan permukaan tanah dapat memengaruhi arah angin. Bahkan asap sendiri dapat berdampak pada angin.

“Kalau sumber api tidak berkurang atau tidak dipadamkan, kita harus sadar bahwa pada akhirnya asap akan kembali. Saya tentu berharap tidak, tapi kita tidak mungkin tak terkena dampak lamanya kedatangan musim hujan.” (*)

sumber:The Wall Street Journal