Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sistem Transportasi Hijau Hemat $70 Triliun
Oleh : Redaksi
Selasa | 23-07-2013 | 10:31 WIB
green transportation.jpeg Honda-Batam
(Foto: greenidea.com)

NEW YORK - Konsumsi energi sektor transportasi di perkotaan akan naik dua kali lipat pada 2050. Solusi penghematan energi tersedia dengan manfaat mencapai $70 triliun. Hal ini terungkap dalam laporan International Energi Agency (IEA) yang dirilis belum lama ini.

Sektor transportasi saat ini mengonsumsi separuh minyak dan menggunakan 20% energi dunia. Dari semua energi yang dipakai oleh sektor transportasi, sebanyak 40% digunakan oleh sektor transportasi di perkotaan.

Walaupun perkembangan teknologi otomotif dan efisiensi bahan bakar terus meningkat, konsumsi energi di perkotaan terus akan naik dua kali lipat (berlipat ganda) pada 2050. Penyebabnya adalah mobilitas penduduk yang terus meningkat sehingga menimbulkan risiko baru seperti polusi udara dan suara, kemacetan, perubahan iklim dan dampak ekonomi yang merugikan negara-negara dunia hingga miliaran dolar per tahun.

Laporan berjudul “A Tale of Renewed Cities”, memuat aksi terbaik lebih dari 30 kota di seluruh dunia terkait cara mereka meningkatkan efisiensi di sektor transportasi melalui perencanaan dan tata kelola perjalanan darat yang lebih baik. Manfaat lain adalah pengurangan emisi gas rumah kaca dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Saat ini lebih dari separuh penduduk dunia tinggal di perkotaan. Kemacetan, polusi udara menjadi pemandangan sehari-hari di kota-kota besar dunia termasuk di Indonesia. Kerugian waktu dan bahan bakar mencapai ratusan miliar dolar membawa kerusakan lingkungan, kesehatan dan meningkatkan risiko di jalan raya.

“Saat komposisi jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan mencapai 70% pada 2050, konsumsi energi sektor transportasi diperkirakan berlipat ganda. Dunia semakin memerlukan sistem transportasi yang lebih murah, efisien, dan berkapasitas tinggi,” ujar Direktur Eksekutif IEA, Maria van der Hoeven sebagaimana dikutip dalam berita IEA. “Meningkatkan efisiensi energi di sektor transportasi perkotaan tidak hanya diperlukan untuk alasan ketahanan energi, namun juga untuk mitigasi perubahan iklim, mengurangi polusi suara, udara, kemacetan dan kerugian ekonomi.”

Menurut Maria, sistem transportasi kota-kota dunia akan mengangkut 6,3 miliar penumpang pada 2050. “Kita harus merencanakan infrastruktur, logistik dan sistem energi yang mampu menjawab tantangan saat ini dan pada masa datang,” tambahnya lagi.

Ada tiga kebijakan yang direkomendasikan IEA dalam laporan ini. Pertama adalah mengurangi perjalanan yang tidak perlu. Kedua, menggunakan moda transportasi yang lebih efisien dan ketiga, meningkatkan efisiensi energi dan kendaraan dengan bantuan teknologi. Ketiga prinsip ini adalah landasan sistem transportasi hijau, sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan dan bermanfaat bagi kesehatan.

Menurut IEA, jika ketiga strategi “hindari, beralih dan tingkatkan” ini bisa diterapkan, dunia bisa mengurangi biaya hingga $70 triliun pada 2050 melalui pengurangan pengeluaran untuk bahan bakar minyak, infrastruktur jalan raya dan kendaraan.

Beberapa kota yang masuk dalam laporan ini adalah Belgrade, Seoul dan Kota New York. Kota Belgrade misalnya, setelah memerbaiki sistem perkeretaan, jumlah penumpang naik tiga kali lipat. Kota Seoul tak lagi menilai kinerja bus dari jumlah penumpang yang diangkut, namun lebih dari keamanan, kenyaman dan pelayanan terhadap penumpang. Sementara Kota New York berhasil mengurangi waktu perjalanan hingga 11 menit dengan memerkenalkan jasa bus ekspres/cepat.

Di Indonesia, perbaikan juga tengah dilakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI) di wilayah Jabodetabek. Salah satu kemajuan yang patut diapresiasi adalah penerapan sistem tarif progresif yang mampu mengurangi biaya transportasi.

Tentu saja, masih banyak aspek yang bisa ditingkatkan misalnya, peningkatan sensitivitas sensor kartu/tiket sehingga mengurangi antrian penumpang, peningkatan jumlah armada, ketepatan waktu, serta fitur keamanan dan kenyamanan kereta listrik. Jarak (gap) antara pintu kereta dan landasan kaki penumpang saat turun di stasiun juga masih bisa didekatkan kembali, mengurangi risiko kecelakan bagi anak-anak dan lansia pengguna kereta listrik.

Sumber: Hijauku.com