Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Soal Kabut Asap, Ini Kesepakatan RI-Malaysia
Oleh : Dodo
Jum'at | 28-06-2013 | 11:33 WIB
kabut asap malaysia.jpg Honda-Batam
(Foto: AFP)

KUALA LUMPUR - Indonesia setuju untuk memajukan jadwal pertemuan para menteri ASEAN mengenai polusi asap lintas batas. Pertemuan ini akan digelar 17 Juli 2013 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Semula, pertemuan ini akan digelar  20-21 Agustus 2013. Akan hadir dalam pertemuan ini adalah Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand. Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Malaysia Datuk Seri G Palanivel mengatakan, negaranya dan Indonesia sudah sepakat untuk berkerja sama untuk mencari solusi permanen menyelesaikan masalah kabut asap.

"Kami berharap pemerintah dua negara bisa memonitoring dan mengawasi hotspot, khususnya selama musim kemarau. Ini untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan yang bisa menimbulkan kabut asap," kata dia usai bertemu dengan Menteri Lingkungan Hidup RI Balthasar Kambuaya, seperti dikutip dari laman Bernama, 27 Juni 2013.

Dalam pertemuan itu, Palanivel menyatakan kepada Balthasar, Malaysia siap membantu Indonesia melawan kebakaran hutan dan lahan, khususnya di Sumatera. Bantuan ini termasuk mengirim petugas pemadam kebakaran dan pembom air, serta tim penyemai awan untuk membuat hujan buatan.

"Sebenarnya, kami sangat prihatin karena masalah asap lintas negara ini terulang lagi. Intinya, kapanpun masalah asap muncul, kami siap membantu masalah ini secepatnya. Jadi, kita butuh solusi jangka pendek dan panjang," jelasnya.

Menanggapi tawaran bantuan itu, menurut dia, Balthasar setuju. "Tapi, Balthasar akan mendiskusikannya terlebih dahulu dengan menteri terkait seperti pertanian dan kehutanan. Untuk mengetahui, bantuan apa yang mereka cari," jelasnya.

Perusahaan Malaysia

Sebelumnya disebutkan ada delapan perusahaan perkebunan milik pengusaha Malaysia yang diduga ikut berkontribusi pada kebakaran lahan di Riau. Kebakaran di provinsi ini menimbulkan kabut asap yang terbang hingga Malaysia dan Singapura.

Mengenai tuduhan itu, Palanivel menegaskan, hanya empat perusahaan yang berasal dari Malaysia. Keempatnya pun membantah melakukan pembakaran lahan perkebunan.

Perusahaan milik Malaysia itu, tambahnya, tidak mempraktikkan pembakaran lahan untuk menanam kembali perkebunan mereka. Lagipula, saat ini belum ada kegiatan menanam kembali lahan perkebunan tersebut.

Sumber: viva.co.id