Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pestisida Terbukti Merusak Ekosistem Air
Oleh : Dodo
Jum'at | 21-06-2013 | 11:23 WIB

LEIPZIG - Penelitian terbaru di Eropa dan Australia berhasil membuktikan dampak penggunaan pestisida terhadap rusaknya keanekaragaman hayati dalam sungai dan aliran air. Penggunaan pestisida mengurangi jumlah invertebrata di dua wilayah ini hingga 42 persen. Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang seperti amoeba, cacing, lalat, capung, kupu-kupu dsb. Hasil penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the US Academy of Sciences (PNAS), pekan ini.

Mikhail A. Beketov dan Matthias Liess dari Helmholtz Centre for Environmental Research (UFZ) di Leipzig, bersama dengan Ben Kefford dari University of Technology, Sydney dan Ralf B. Schäfer dari Institute for Environmental Sciences Landau, menganalisis dampak pestisida seperti insektisida dan fungisida, terhadap keanekaragaman hayati invertebrata dalam air yang mengalir. Penelitian pertama yang meneliti dampak pestisida pada keanekaragamann hayati regional ini menggunakan data dari Jerman, Perancis dan Victoria di Australia.

Pestisida adalah bahan pencemar yang paling banyak diteliti dan diatur penggunaannya. Namun hingga kini belum diketahui dampak konsentrasi pestisida dan caranya merusak ekosistem air. Tim peneliti berupaya menjawab pertanyaan ini dengan membandingkan jumlah spesies di wilayah yang berbeda yaitu di Hildesheimer Boerde dekat Braunschweig, Jerman, di wilayah Victoria bagian selatan di Australia dan wilayah Brittany di Perancis.

Hasilnya, berdasarkan analisis data di Eropa dan Australia, tim peneliti menemukan kerusakan keanekaragaman hayati regional yang cukup signifikan, terutama berkurangnya jumlah serangga dalam air dan invertebrata air tawar yang lain. Perbedaan keanekaragaman hayati antara wilayah yang tercemar berat pestisida dan wilayah yang tidak tercemar mencapai 42 persen di Eropa dan 27 persen di Australia.

Tim peneliti juga menemukan, berkurangnya keanekaragaman hayati juga dipicu oleh hilangnya sejumlah spesies akibat penggunaan pestisida. Spesies-spesies ini termasuk berbagai jenis serangga dan capung, yang menjadi sumber makanan penting bagi hewan-hewan lain dalam rantai makanan, termasuk bagi ikan dan burung.

Keanekaragaman biologi dalam air hanya bisa dijaga oleh hewan-hewan ini, yang menjadi indikator kualitas air di wilayah-wilayah tersebut. Temuan lain yang mengkhawatirkan adalah, dampak pestisida terhadap hewan-hewan kecil ini sudah masuk dalam level yang sangat parah (catastrophic) sesuai dengan peraturan terbaru yang digariskan di Uni Eropa.

Tim peneliti menyimpulkan, diperlukan aksi baru guna mencegah kerusakan keanekaragaman hayati dalam air. Aksi tersebut diantaranya dengan menetapkan konsentrasi maksimal pestisida yang bisa digunakan untuk pertanian serta menciptakan pendekatan baru yang mengaitkan antara ilmu ekologi dan ekotoksikologi, ilmu yang memelajari dampak bahan kimia beracun pada ekosistem biologi.

Sumber: hijauku.com