Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Indonesia Negara Pertama Gelar Peringatan May Day di Asia
Oleh : Tim Batamtoday
Rabu | 01-05-2013 | 11:02 WIB
BK_peringati_May_day.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Presiden Soekarno berpidato dalam peringatan Hari Buruh Internasional tahun 1965. (Foto: © Bettmann/CORBIS)

BATAM, batamtoday - Indonesia, ternyata menorehkan tinta emas dalam sejarah perjuangan buruh di Asia. Negeri khatulistiwa ini ternyata tercatat sebagai negara pertama di Asia yang menggelar perayaan Hari Buruh Internasional atau May Day pada 1 Mei 1918 di Surabaya.

Data yang dihimpun batamtoday dari berbagai sumber menyebutkan, sejarah May Day justru muncul dari negara yang disebut sebagai pilar kapitalisme dunia, Amerika Serikat. Tahun 1886, Kongres Federation of Organized Trades and Labor Unions menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh selain memberikan momen tuntutan delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas buruh yang mencapai titik masif di era tersebut.

32 tahun kemudian, sebuah peringatan menandai kebangkitan kaum buruh digelar di Surabaya. Bukan hanya seremoni saja, Indonesia bahkan juga tercatat sebagai negara Asia pertama yang menetapkan 1 Mei sebagai hari bebas kerja bagi buruh. Hal itu dituangkan dalam  UU Kerja No. 12 Tahun 1948, pada pasal 15 ayat 2, dinyatakan bahwa “Pada hari 1 Mei buruh dibebaskan dari kewajiban kerja.”

Perayaan ini terus berlangsung di era pemerintahan Soekarno dan berakhir pada saat era Orde Baru berkuasa. Pemerintahan Soeharto kala itu melarang keras peringatan May Day karena diidentikan dengan gerakan komunis dan libur kaum buruh di setiap 1 Mei ditiadakan.

Setelah 26 tahun perjuangan buruh diberangus, Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SBS) yang dipimpin Mukhtar Pakpahan menggelar peringatan May Day di Medan, Sumatera Utara pada 1994 di tengah represifitas rezim kala itu.

Setahun kemudian, dua organisasi yang sering disebut sebagai onderbaouw Partai Rakyat Demokratik (PRD), yakni Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) dan Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI) menggelar peringatan serupa di Jawa Tengah.

Saat Orde Baru tumbang pada 1998, peringatan May Day marak dilakukan di berbagai penjuru tanah air.

Sejak peringatan May Day tahun 1999 hingga 2006 tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh gerakan massa buruh yang masuk kategori "membahayakan ketertiban umum". Yang terjadi malahan tindakan represif aparat keamanan terhadap kaum buruh, karena mereka masih berpedoman pada paradigma lama yang menganggap peringatan May Day adalah subversif dan didalangi gerakan komunis.

Sepanjang tahun 1998-2012, aksi-aksi peringatan May Day banyak di lakukan di pusat-pusat kekuasaan, seperti Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kantor Gubernur, Istana Negara, Depnaker, Disnaker, Gedung DPR/MPR, dan lain-lain.

Namun menariknya, di rentang waktu tersebut terjadi perubahan tujuan aksi dari pusat kekuasaan ke kawasan industri, yakni pada rentang tahun 1997-2000.

Pada rentang waktu tersebut, aksi-aksi May Day banyak dilakukan di kawasan-kawasan industri, seperti kawasan industri Tandes Surabaya, kawasan Industri di Sidoarjo, Gresik, Ungaran Jawa Tengah, dan Sukoharjo.

Perubahan pola aksi ke kawasan industri ini dilakukan karena kawasan industri merupakan jantung kapitalisme. Dengan dilakukannya aksi di kawasan industri, maka produksi di pabrik akan berhenti dan pemilik modal akan mengalami kerugian besar.

Perubahan pola aksi ke pusat kekuasaan kembali marak terjadi pada kurun waktu 2001-2007. Namun isu Mayday yang diangkat pada rentang waktu ini mulai menjadi sangat politis karena mengusung lawan neoliberalisme dan kapitalisme, menolak revisi UUK No. 13.

Isu May Day pada tahun-tahun ini pun bukan hanya mengangkat isu normatif saja. Isu tersebut masih didominasi dengan isu Mayday sebagai hari libur nasional dan kenaikan upah 100 persen.

Sementara walaupun di rentang waktu 2008-2012 masih di warnai aksi-aksi ke pusat kekuasaan, namun yang berbeda di kurun waktu ini ialah serikat buruh kuning mulai ikut aksi memperingati May Dday. Pada tahun-tahun ini, isu yang mendominasi adalah isu upah, tolak PHK, hapus sistem kerja kontrak dan outsourcing.

Perubahan pola aksi ke pusat kekuasaan ini, pada awalnya ditanggapi sangat keras oleh rezim penguasa. Upaya untuk melarang kaum buruh untuk aksi ke pusat kekuasaan sangat gencar dilakukan oleh rezim penguasa melalui aparat keamanan. Bahkan sempat muncul pelarangan dan intimidasi terhadap pengemudi truk agar tidak mengangkut buruh aksi ke pusat-pusat kekuasaan.

Namun seiring dengan waktu, respons dari rezim penguasa semakin melunak terhadap aksi-aksi buruh ke pusat kekuasaan. Dalam akhir-akhir tahun ini, pihak penguasa hanya mengimbau agar aksi buruh tidak rusuh serta mengawal secara ketat aksi-aksi yang dilakukan oleh buruh ke pusat kekuasaan.

Selama tahun 2012, selain peringatan May Day, buruh kembali banyak melakukan aksi di kawasan industri. Pada periode Oktober-November saja, aksi yang dilakukan di berbagai kawasan industri ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi pengusaha.

Editor: Dodo