Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Film Dokumenter Soroti Dampak Buruk Aluminium
Oleh : Dodo
Selasa | 30-04-2013 | 17:27 WIB
ember_almunium_afp.jpg Honda-Batam
Seorang anak melewati ember-ember aluminium yang dipajang untuk dijual di jalanan di Dhaka, Bangladesh. (Foto: AFP)

BUDAPEST - Aluminium ada di mana-mana. Dari mulai pesawat terbang sampai wajan untuk memasak, obat antasid dan krim pelindung matahari, logam ringan dan serbaguna ini telah ada selama berbagai generasi.

Banyak manfaat aluminium yang membuat hidup lebih mudah dan nyaman bagi jutaan orang. Namun sebuah film dokumenter baru memperlihatkan apa yang oleh pembuat filmnya disebut sebagai "sisi gelap" aluminium.

Dalam filmnya The Age of Aluminum, pembuat film asal Austria Bert Ehgartner, menggambarkan penambangan dan produksi aluminium dan dampaknya terhadap lingkungan.

Film tersebut memperlihatkan bagaimana wilayah hutan hujan yang luas di Brazil harus digali untuk menambang bauksit, bijih logam yang mengandung sejumlah besar aluminium hidroksida.
 
Limbah beracun dari produksi aluminium kemudian dibuang begitu saja di lahan yang luas.

Menurut film tersebut, limbah pertambangan menyebabkan masalah kesehatan kepada penduduk dekat wilayah tambang yang berenang di mata air, minum dan masak dengan air tersebut. Anak-anak mengeluhkan kulitnya gatal-gatal dan melepuh.

Film tersebut juga menyertakan gambar dari kecelakaan pada 2010 di sebuah pabrik aluminium di Hungaria.
 
Ehgartner mengatakan aluminium juga membuat orang sakit, meski produknya membuat hidup lebih nyaman dan aman untuk banyak pihak.
 
“Saya terkejut ketika, misalnya, menemukannya dalam vaksin, kosmetik dan deodoran anti keringat, bahkan makanan. Anda dapat menemukannya di mana-mana," ujarnya.
 
Para ilmuwan dalam film ini menghubungkan aluminium yang ditemukan dalam produk-produk ini dengan beragam penyakit modern, termasuk kanker payudara, Alzheimer, alergi dan autisme.
 
Ahli ilmu syaraf Dr. Christopher Shaw terutama khawatir dengan hubungan antara aluminium, yang dapat ditemukan dalam air minum dan obat antasid, dengan Alzheimer, penyakit otak yang fatal.
 
“Banyak peneliti yang mulai menerima bahwa aluminium memiliki peran dalam penyakit degeneratif syaraf seperti Alzheimer. Dampak untuk penyakit lainnya masih dipertanyakan, namun Alzheimer menjadi fokus dan cukup jelas bahwa tubuh yang mendapat beban aluminium dari semua sumber yang terpapar oleh manusia dapat berkontribusi pada penyakit Alzheimer's," ujarnya.

Tapi tidak semua setuju dengan penemuan-penemuan ini.
 
Asosiasi Aluminium menyatakan bahwa The Age of Aluminum menyimpang dari riset ilmiah utama dan konsensus selama puluhan tahun. Menurut asosiasi ini, bobot bukti ilmiah yang sudah diterbitkan tersebut memperlihatkan tidak ada hubungan langsung antara aluminium dan penyakit-penyakit yang digambarkan dalam film tersebut.

"Pesan saya yang pertama adalah, jangan panik," ujar Melissa Perry, seorang ahli epidemiologi dari fakultas kesehatan dan pelayanan masyarakat di George Washington University.
 
“Status mengenai bukti kali ini tidak memberikan kita kesimpulan yang definitif bahwa aluminium berhubungan dengan penyakit Alzheimer atau penyakit otak lainnya, atau kanker payudara. Hal ini menunjukkan pentingnya melakukan lebih banyak penelitian pada manusia," tambahnya.
 
Pembuat film Bert Ehgartner sepakat dengan adanya lebih banyak penelitian.
 
“Aluminium merupakan ancaman terhadap kemanusiaan dan kita tidak memiliki cukup riset, dan itu adalah salah satu alasan mengapa saya membuat film ini -- untuk mendukung para ilmuwan yang ingin melakukan lebih  banyak penelitian. Dan saya kira itu sangat penting," ujarnya.

Sumber: voaindonesia.com