Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Keanekaragaman Hayati Semakin di Hati
Oleh : Dodo
Selasa | 23-04-2013 | 08:17 WIB
butterfly.jpg Honda-Batam
(Foto: biodiversitytrial.com)

PARIS - Konsumen dunia semakin sadar terhadap isu keanekaragaman hayati dan anak muda berada di garis depan tren ini.

Sebanyak 75% responden yang diteliti menyatakan peduli terhadap masalah keanekaragaman hayati dan sebanyak 48% lainnya bisa menerangkan makna keanekaragaman hayati dengan tepat.

Hal ini terungkap dalam laporan terbaru berjudul “2013 Biodiversity Barometer” yang meneliti pertumbuhan kesadaran lingkungan di seluruh dunia. Laporan tersebut dirilis pada acara Union for Ethical BioTrade (UEBT) di Paris, Perancis. Konsumen di Brasil, China dan Perancis, menurut laporan ini memiliki kepedulian yang sama terhadap keanekaragaman hayati.

“Biodiversity Barometer adalah sumber informasi penting yang menunjukkan pertumbuhan kesadaran konsumen atas keanekaragaman hayati,” ujar Braulio Ferreira de Souza Dias, Sekretaris Eksekutif di Convention on Biological Diversity sebagaimana dikutip dalam berita PBB.

Di China – yang menjadi fokus laporan tahun ini – kesadaran atas keanekaragaman hayati sangat tinggi (mencapai 94%). Mayoritas konsumen di China (64%) juga bisa menerangkan arti dari keanekaragaman hayati dengan tepat. “Hasil survei ini tidak mengejutkan, karena dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah maupun organisasi masyarakat sipil telah banyak berkampanye untuk meningkatkan kesadaran mengenai keanekaragaman hayati,” ujar Zhang Wenguo, Menteri Perlindungan Lingkungan China dalam berita PBB.

Namun, peningkatan kesadaran di tingkat konsumen belum diikuti oleh peningkatan kesadaran di perusahaan. Penelitian ini mengungkapkan, pelaporan keanekaragaman hayati di perusahaan masih sangat kurang walau trennya bertumbuh.

“Saat ini hanya 32 dari 100 perusahaan produk kosmetik ternama yang membahas masalah keanekaragaman hayati dalam komunikasi korporat mereka baik dalam laporan tahunan maupun di situs perusahaan. Jumlah ini bertumbuh dari 2009, namun masih jauh lebih rendah dibanding praktik yang dilakukan oleh 100 perusahaan makanan terkemuka,” ujar Rik Kutsch Lojenga, Direktur Eksekutif UEBT.

Tahun ini, 87% konsumen menyatakan ingin mendapatkan informasi tentang sumber bahan baku alami yang digunakan oleh perusahaan. Mereka juga menyatakan akan memboikot merek yang tidak peduli terhadap lingkungan dan etika produksi.

Kabar baiknya, laporan ini menyebutkan, kaum muda cenderung memiliki kesadaran yang tinggi tentang keanekaragaman hayati (80%). Hasil yang sama ditemukan pada mereka yang lebih mapan secara ekonomi dan berpendidikan.

Sejak laporan edisi perdana diluncurkan pada 2009, tim peneliti telah mewawancarai 31.000 konsumen di 11 negara (Brasil, China, Perancis, Jerman, India, Jepang, Peru, Korea Selatan, Swiss, Inggris dan Amerika Serikat). Tahun ini survei keanekaragaman hayati dilakukan terhadap 6.000 konsumen di enam negara yaitu Brasil, China, Perancis, Jerman, Inggris dan Amerika Serikat.

Sumber: hijauku.com