Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mencegah Krisis Iklim Lepas Kendali
Oleh : Dodo
Sabtu | 20-04-2013 | 11:21 WIB

CALIFORNIA - Krisis iklim telah terjadi. Kekeringan, banjir, cuaca ekstrem, gelombang panas, topan dan badai telah berlangsung di seluruh dunia, dengan kondisi yang lebih parah dari sebelumnya.

Untuk mencegah krisis iklim lepas kendali, dunia saat ini tengah berupaya keras untuk menekan kenaikan suhu bumi hingga dan melampaui 2 derajat Celcius.

Harapan untuk menekan kenaikan suhu bumi ini masih ada. Hal ini terungkap dari penelitian terbaru Professor V. Ramanathan beserta tim dari Scripps Institution of Oceanography, University of California, San Diego, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change, Minggu (14/4/2013).

Syaratnya, dunia harus memangkas emisi CO2 dan tiga polutan iklim berbahaya. Tiga polutan ini adalah polutan iklim jangka pendek yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yaitu metana, karbon hitam dan gas pendingin udara, HFC.

Aksi ini sekaligus mencegah kenaikan air laut yang tidak hanya mengancam pembangunan namun juga kemanusiaan, mengikis wilayah pantai dan memicu terbentuknya topan ekstrem.

Penelitian ini menyimpulkan, kenaikan permukaan air laut bisa dikurangi hingga 24% per tahun pada 2100 dengan mengendalikan emisi CO2 dan polutan iklim berbahaya ini. Kenaikan air laut kumulatif yang bisa dicegah mencapai 22%.

“Belum terlambat untuk menghindari bencana perubahan iklim,” ujar Dr. Ramanathan sebagaimana dikutip dalam berita Program Lingkungan PBB. “Dunia harus menyetabilkan konsentrasi CO2 di bawah 450 PPM (parts per million) pada 2100 dan secara bertahap mengurangi polutan iklim jangka pendek.”

Jika semua langkah tersebut berhasil diterapkan, menurut tim peneliti, dunia akan bisa membatasi kenaikan suhu bumi hingga 50% pada akhir abad ini – di bawah batas aman 2°C (3.6°F) dari kenaikan yang diproyeksikan sebesar 4°C (7.2°F).

“Jika dikombinasikan, semua upaya mitigasi perubahan iklim akan mampu mengurangi kenaikan permukaan air laut hingga 30% (dari kenaikan yang diproyeksikan antara 0,5 m hingga 2 m),” ujar Dr. Ramanathan. “Namun jika dunia gagal menyetabilkan konsentrasi CO2 di bawah 450 PPM, suhu bumi dan air laut akan naik di level yang berbahaya setelah 2100.”

Menurut penelitian OECD pada 2010, jika permukaan air laut naik 1 meter saja pada 2070, sebanyak 150 juta penduduk dunia dan aset senilai $35 triliun akan terancam, terutama di kota-kota pelabuhan yang – lebih dari 50% – berlokasi di negara berkembang di Asia. Kota-kota besar di Indonesia termasuk diantaranya. Tak ada kata mundur untuk beraksi mengatasi krisis perubahan iklim.

Sumber: hijauku.com