Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jaringan Konservasi Laut Sehatkan Bumi
Oleh : Dodo
Sabtu | 13-04-2013 | 12:02 WIB

FLORIDA - Laut menutupi 70% wilayah bumi. Manusia bergantung pada laut sebagai sumber pangan, obat-obatan, rekreasi dan transportasi. Namun fungsi dan kondisi laut terus berubah. Ekosistem laut terus menghadapi ancaman mulai dari ancaman perubahan iklim, polusi, eksploitasi, kerusakan habitat dan lingkungan.

Tim peneliti dari delapan institusi di Amerika Serikat mencoba menjawab tantangan ini dengan menciptakan jaringan konservasi guna memantau kesehatan wilayah ekosistem laut serta distribusi dan kandungan makhluk hidup di dalamnya. Hasil penelitian mereka akan diterbitkan dalam jurnal BioScience edisi Mei.

“Jaringan pemantauan keanekaragaman hayati adalah alat penting guna membantu ilmuwan mengikuti dan memrediksi perubahan ekosistem serta merespon masalah-masalah di dalamnya,” ujar Gustav Paulay, dari University of Florida yang turut membantu penelitian ini. “Keanekaragaman hayati juga penting sebagai indikator ketahanan dan kesehatan alam di muka bumi,” ujar Paulay.

Tim ahli menyatakan, jaringan observasi keanekaragaman hayati bisa terwujud dalam jangka waktu lima tahun menggunakan teknologi yang ada saat ini dengan kolaborasi dan dukungan dana yang cukup. “Yang diperlukan adalah kepemimpinan yang kuat untuk mengintegrasikan semuanya,” ujar Paulay.

Selain di AS, upaya untuk mengembangkan jaringan keanekaragaman hayati juga telah dimulai di Selandia Baru dan Uni Eropa. Smithsonian Institution juga telah meluncurkan jaringan pesisir pantai pada 2012 dan menjadikannya proyek jangka panjang untuk memonitor ekosistem laut.

“Masyarakat, tanpa disadari, semakin tergantung pada laut. Tanpa jaringan yang terkoordinasi, peneliti akan kesulitan mengelola ekosistem kelautan,” ujar Jim Carlton, profesor di Williams College, Massachusetts dan direktur Program Studi Kelautan di Williams College dan Mystic Seaport.

Editor: Dodo