Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Limbah Plastik Penuhi Kawasan Air Tawar Terbesar di Dunia
Oleh : Dodo
Kamis | 11-04-2013 | 08:24 WIB

MONTREAL, batamtoday - Produksi massal plastik yang dibarengi oleh pengelolaan limbah yang tidak layak telah membuat serpihan plastik menjadi polutan terbesar

Serpihan-serpihan plastik yang mengambang, seperti yang biasa dijumpai di “Great Pacific Garbage Patch” yang ada di Samudra Pasifik, kini telah menjadi masalah bagi Great Lakes, kawasan perairan air tawar terbesar di dunia. Lokasi ini merupakan kumpulan danau yang tersebar di timur laut Amerika Utara hingga ke perbatasan AS-Kanada.

Fakta ini terungkap dalam pertemuan komunitas ilmiah terkemuka, National Meeting & Exposition of the American Chemical Society (ACS). “Produksi massal plastik yang dibarengi oleh pengelolaan limbah yang tidak layak telah membuat serpihan plastik menjadi polutan yang paling banyak memenuhi pantai dan lautan di seluruh dunia. Tak terkecuali dengan Great Lakes,” kata Lorena M Rios Mendoza, juru bicara tim penelitian tersebut.

Selain mengotori lingkungan, kata Rios, ikan dan burung juga bisa terluka karena tidak sengaja memakan serpihan plastik ataupun meminum air yang mengandung partikel plastik. Dan ini sudah terjadi.

Saat Rios dan timnya menganalisa isi perut ikan, terdapat plastik di dalamnya. Masalahnya, ikan juga bisa menghantarkan substansi itu ke manusia yang mengonsumsinya. Meski begitu, penelitian terkait masalah ini masih perlu dilakukan.

Polusi plastik yang hadir di samudera dan Great Lakes sendiri sebagian besar tidak terlihat mata karena ukurannya yang sangat kecil. Dari sampel yang dikumpulkan oleh Rios dan tim di Danau Erie, salah satu danau yang menjadi bagian dari Great Lakes, 85 persen partikel plastik memiliki ukuran lebih kecil dari satu sentimeter. Sebagian besar di antaranya bahkan berukuran mikroskopik.

Jumlah limbah plastik itu sendiri mencapai 1.500 sampai 1,7 juta partikel per 2,5 kilometer persegi. Ironisnya, berhubung limbah tersebut berukuran kecil, ikan seringkali keliru dan mengira plastik tersebut merupakan makanan.

Selain itu, belum bisa diketahui pula sejauh mana dan berapa banyak racun dari limbah plastik tersebut telah memasuki rantai makanan

Yang pasti, kata Rios, masalah yang dihadapi oleh perairan di seluruh dunia adalah pertumbuhan produksi plastik yang sangat signifikan. Sejak tahun 1980, produksi plastik dunia telah meningkat 500 persen. Kini, 80 sampai 90 persen polusi yang terjadi di samudra merupakan limbah plastik yang sebagian besar merupakan kantong plastik, botol, tali pancing, atau sampah lainnya.

Di Great Lakes, perairan yang berada di tengah-tengah antara Amerika Serikat dan Kanada, Rios dan timnya mendapati bahwa jumlah mikropartikel plastik 24 persen lebih banyak dibandingkan dengan yang ada di samudra Atlantik Selatan.

Sumber: National Geographic Indonesia