Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Herlini Amran Minta Mendikbud Transparan soal Anggaran Pengadaan Buku Kurikulum 2013
Oleh : si
Kamis | 04-04-2013 | 11:09 WIB
herlini amran.jpg Honda-Batam

Anggota DPR Herlini Amran

JAKARTA, batamtoday -  Herlini Amran, Anggota Komisi X DPR RI, menanggapi ganjil penyataan Mendikbud Muhammad Nuh yang dilontarkan jelang Rapat Kabinet terbatas Bidang Pendidikan dengan Presiden SBY beberapa hari lalu.

Menurutnya, tidak sepatutnya Mendikbud menyatakan anggaran terkait pengadaan buku dan pelatihan guru sudah disetujui DPR (02/04). Padahal, pembahasan konstruksi Kurikulum 2013 dan anggarannya masih berjalan, setidaknya hingga Rapat Kerja Komisi X, 10 April 2012 .

"Terasa ganjil, ketika Pak Mendikbud berkata ada atau tidak Kurikulum Baru, proyek pengadaan buku dan pelatihan guru jalan terus! Jika benar itu program rutin Kemdikbud yang tidak perlu dipermasalahkan lagi, mestinya Desember 2012 pun Kemdikbud punya laporan realiasi program dan evaluasi kurikulum sebelumnya," papar Herlini Amran di Komplek DPR, Kamis (4/4/2013).

Dalam hal ini, Legislator Perempuan PKS tersebut mensinyalir terjadi loncatan-loncatan proses yang tidak pernah diketahui publik. Seperti bagaimana pelaksanaan program penyempurnaan kurikulum, sistem pembelajaran, dan perbukuan yang memang menelan ratusan milyar dari APBN 2012.

"Sudah banyak pihak mempertanyakan hasil penelitian kurikulum, sekolah rintisan kurikulum, model kurikulum, dan bahan kebijakan kurikulum yang dibiayai anggaran tersebut. Tapi nyatanya berjalan begitu saja, tanpa terdokumentasi sebagai landasan penyusunan kurikulum baru yang dikomunikasikan kepada publik," tegas Herlini sedari mendukung keinginan masyarakat pendidikan yang sudah lama menuntut evaluasi komprehensif Kurikulum KTSP 2006.

Hal krusial yang disorot Herlini adalah, rencana pengadaan buku sekitar 72,8 juta eksemplar seharga Rp 1,2 triliun yang diklaim setiap tahun dilakukan dengan atau tanpa ada kurikulum baru.

"Jika memang itu anggaran melekat Kemdikbud, tentu sudah ada gambaran sebelumnya, berapa eksemplar realisasinya? Yang diketahui publik hanya program buku elektronik sejak lima tahun terakhir, bukan buku siswa maupun buku babon dengan anggaran fantastis. Sehingga wajar dianggap pemborosan, karena memang terjadi loncatan kebijakan perbukuan," katanya.

Herlini menilai kebijakan perbukuan nasional saat ini compang-camping. Belum lagi  rahasia umum,  bahwa kurikulum baru tidak lebih dari ajang proyek buku,

"Kita lihat  2 Mei ini, berapa eksemplar posisi akhir buku penunjang Kurikulum 2013 yang dibutuhkan, dan siapa saja pemegang tendernya nanti?" katanya.

Kemudian Herlini juga mempertanyakan efektivitas pelatihan guru yang dianggarkan Rp 1,09 triliun, dan lagi-lagi program ini pun diklaim dilakukan tahun-tahun sebelumnya. Jika sebagian kelompok masyarakat menghubung-hubungkan dengan kepentingan 2014, Herlini mengharapkan jawaban Kemdikbud di lapangan, berupa transparansi dan akuntabilitas pelaksanaanya.

Ia contohkan rencana Bimtek/Diklat Kurikulum 2013, "Ada sekitar 690 ribu guru dan kepala sekolah se-Indonesia yang dibidik sebagai pesertanya dengan rencana bantuan dana sekira Rp 500 ribu/peserta. Belum lagi biaya operasional penyelenggaraanya yang bervariasi nominalnya. Bahkan pelatihan ini akan berlanjut hingga 2014, jadi wajar jika muncul sikap masyarakat minta diawasi KPK. Apalagi tadi saya bilang, tidak ada laporan pelatihan guru terkait kurikulum yang rame-rame seperti ini".

Anggota DPR asal  Kepulauan Riau menyarankan Kemdikbud untuk kedepan nya harus lebih arif menanggapi sikap kelompok masyarakat yang meminta uji publik lanjutan terkait Desaian Final Kurikulum 2013.

"Jangan anggap mereka bukan pemain inti, karena mereka pun peduli masa depan pendidikan anak bangsa. Apalagi tuntutan mereka realistis, mengingat laporan uji publik yang dipresentasikan kepada Komisi X sebelumnya pun tidak memuaskan," pungkas Herlini.

Ia berharap mereka diperhatikan, bukan hanya suara ormas keagamaan saja yang dirangkul Kemdikbud.

Editor : Surya