Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jejak Badak Sumatera Ditemukan WWF di Kaltim
Oleh : Dodo
Jum'at | 29-03-2013 | 11:47 WIB
badak_sumatera.jpg Honda-Batam
Badak sumatera (dicerorhinus sumatrensis). (Foto: Istimewa)

KUTAI, batamtoday - Tim survei kelompok advokasi binatang World Wide Fund (WWF) menemukan jejak badak sumatera yang semula dianggap mendekati kepunahan di hutan Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Survei ini, mulanya dilakukan untuk memantau pergerakan orang utan setempat, kemudian melakukan survei pendalaman untuk memastikan apakah jejak tersebut benar milik kawanan hewan itu di wilayah hutan seluas sekitar 3600 hektar.

"Kami mendapatkan tanda-tanda yang meguatkan, misalnya kubangan airnya, kemudian bekas gesekan atau goresan cula di pepohonan sekitar, bekas injakan kaki di semak dan lain-lain," kata Yuyun Kurniawan dari WWF yang memimpin tim survei kepada BBC.

Ini bukan temuan pertama tentang keberadaan badak dari spesies sumatera di hutan Kalimantan, tetapi akan merupakan catatan ilmiah awal yang membuktikan populasi badak masih ada di Kalimantan.

"Warga setempat bercerita pernah ada yang melihat badak sumatera ini di sekitar hutan sana, juga cerita dari bapak-ibunya zaman dulu," tambah Yuyun.

Seperti juga saudaranya di hutan Sumatera, badak di Kalimantan diduga berambut lebih banyak dibanding badak jenis lain di dunia dan bercula dua, untuk membedakan dengan cula satu yang dimiliki badak Jawa.

Meski demikian, menurut Yuyun, tidak ada catatan pasti tentang morfologi badak sumatera di Kalimantan wilayah Indonesia yang dapat dijelaskan dengan detil saat ini.

"Karena kita belum lihat fisiknya betul-betul, kita belum bisa teliti sendiri secara langsung," katanya.

Khawatir Pemburu


Di Sumatera sekalipun, Badak sumatera (dicerorhinus sumatrensis) kini dimasukkan dalam kategori sangat terancam punah. Menurut WWF populasinya di sleuruh dunia (termasuk di Malaysia) tinggal sekitar 200 ekor.

Penemuan jejak badak sumatera di Kalimantan menurut Yuyun membuka peluang diperbaikinya sistem konservasi agar populasi tidak semakin menurun.

"Semula kita tidak tahu ada populasinya sekarang kita tahu. Nah ini harus dipakai oleh otoritas berwenang seperti PHKA (Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam) agar mengambil tindakan untuk menjaga ekosistemnya dan melestarikannya," papar Yuyun.

Wilayah Kalimantan Timur yang terus kehilangan habitat hutan karena penebangan, perkebunan dan pertambangan juga dianggap akan sangat membahayakan populasi hewan yang suka berdiam di dataran rendah berawa ini.

"Akan sangat disayangkan kalau kita sudah tahu sekarang ada jejak populasinya tetapi karena tidak dilakukan tindakan apa-apa (untuk menjaga kelestariannya) malah badaknya punah akibat eksploitasi hutan."

Selain tindakan penghancuran ekosistem, WWF juga mengkhawatirkan informasi terbaru tentang keberadaan badak sumatera ini akan mengundang pemburu.

Meski tak ada catatan resmi, kisah yang bergulir di lingkungan warga setempat pada zaman dahulu disebut-sebut juga mengungkap keterlibatan pemburu badak.

Itu sebabnya Yuyun dan kawan-kawan menolak menyebut lokasi persis penemuan jejak badak sumatera ini untuk menjaga hal tak diinginkan.