Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bapedal Hentikan Aktivitas Pendalaman Alur Pelabuhan Batam Centre
Oleh : Ali
Rabu | 06-03-2013 | 17:33 WIB
dendi-Purnomo.gif Honda-Batam
Dendi Purnomo, Kepala Bapedal Batam.

BATAM, batamtoday - Menanggapi pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT Snepac di wilayah perairan Nongsa, Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Kota Batam, Dendi Purnomo, mengatakan telah menghentikan sementara aktivitas yang dilakukan PT Sinergi selaku pemilik proyek dan PT Snepac selaku pelaksana tender pembuangan lumpur galian pendalaman alur Pelabuhan Batam Centre.


"Surat penghentian sementara sudah kita keluarkan kemarin, Selasa (5/3/2013), sampai kembali ke rekomendasi awal yakni daerah dampingnya tidak boleh ke daerah tangkapan nelayan. Untuk PT Snepac merupakan kontraktor saja dari PT Sinergi," ujarnya, Rabu (6/3/2013).

Menurutnya, pembuangan lumpur hasil galian alur di kawasan Pelabuhan Ferry Batam Centre seharusnya dibuang ke arah utara Batam, yakni di antara perairan Kota Batam dan Kabupetan Bintan, sesuai dengan titik kordinat yang sudah disepakati antara Kanpel, Bapedal dan PT Sinergi selaku pemilik kegiatan.

Untuk proses perawatan kolam dan juga penggalian laut tersebut merupakan kegiatan legal yang dilengkapi dokumen lengkap sesuai yang dikeluarkan oleh Kanpel Batam.

"Kalau Bapedal hanya mengeluarkan surat rekomendasi wilayah damping yang ketentuannya tidak boleh di areal tangkapan nelayan. Awalnya, memang Kanpel minta di sekitar perairan Nongsa, tapi kita tidak izinkan, dan kita arahkan ke utara. Makanya untuk sementara ini kita hentikan," terangnya.

Sebagaiana diberitakan sebelumnya, pada Senin (4/3/2013) sekitar ratusan masyarakat nelayan Kampung Bakau Serip, Pantai Nongsa dan sekitarnya berhasil menghentikan kapal tugboat dan tongkang yang sedang beroperasi membuang lumpur di perairan Nongsa.

Lumpur yang dibuang berasal dari galian alur di Pelabuhan Ferry Internasional Batam Centre milik PT Sinergi yang sudah berjalan hampir 3 bulan lamanya.

Dari penuturan warga, pembuangan sudah dilakukan hampir tiga bulan yang lalu dan menyebabkan punahnya terumbu karang di perairan itu.

Terkait rusaknya terumbu karang di perairan Nongsa seperti yang disampaikan nelayan dan warga sekitar, dikatakan Dendi kembali, berdasarkan hasil survey tahun 1994 dinyatakan terumbu karang di sekitar Teluk Tering sudah rusak mencapai 80 persen.

"Itu hasil survey tahun 1994, apalagi sekarang. Kemungkinan sudah rusak 100 persen," kata Dendi lagi.

Editor: Dodo