Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Muatan Moral Harus Diperkuat di Kurikulum 2013
Oleh : Surya
Selasa | 05-03-2013 | 17:13 WIB
herlini-amran-1.jpg Honda-Batam
Anggota Anggota Komisi X DPR, Herlini Amran.

JAKARTA, batamtoday - Anggota Anggota Komisi X DPR, Herlini Amran, menilai penerapan pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia masih gagal membentuk bangsa yang bermartabat dan berwibawa. Maraknya berbagai fenomena kasus kekerasan seksual terhadap anak usia sekolah dan maraknya kenakalan remaja, menjadi indikator gagalnya pendidikan karakter tersebut.


"Menurut saya, saat ini di Indonesia sudah dalam kondisi darurat moral baik. Pemerintah harus segera melakukan evaluasi yang komperhensif terkait pelaksanaan pendidikan karakter atau muatan moral yang mengejawantahkan sistem pendidikan nasional kita," kata Herlini Amran di Komplek DPR, Selasa (5/3/2013).

Komisi Nasional Perlindungan Anak melansir, kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi di sekolah, persentasenya nomor dua setelah kekerasan seksual terhadap anak di rumah. Berdasarkan data kasus aduan kekerasan terhadap anak selama 2012, dari 2.637 aduan yang masuk, sekitar 60
persennya merupakan kasus kekerasan seksual.

"Saya kira penguatan moral anak bangsa adalah tujuan pendidikan nasional yang hakiki. Jika tawuran pelajar masih marak, kekerasan seksual di kalangan siswa terus meningkat, saya kira pemerintah belum berhasil menyelenggarakan pendidikan nasional," tegas Herlini.

Menurut legislator perempuan PKS ini, evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah sangat berguna untuk memastikan persiapan implementasi pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 nantinya. Apalagi mencakup anggaran dan strategi pembelajaran terkait penguatan moral siswa.

"Pelaksanaan pendidikan karakter juga haruslah berbasis keteladanan guru dan melibatkan peran orang tua siswa," ungkap Herlini yang mengatakan anggaran terkait Program Pendidikan Karakter untuk tahun 2012 mencapai Rp 100 miliar lebih.

Hal lain yang perlu ditingkatkan adalah merekapasitasi aspek moral para pendidik itu sendiri. "Output Kurikulum 2013 adalah mencetak siswa yang berkarakter, sehingga sangatlah penting semua aspek keguruan untuk segera direkapsitasi oleh Kemendikbud sebelum Kurikulum 2013 dijalankan," imbuhnya.

Perlu diketahui, anggaran Kurikulum 2013 yang mencapai Rp 2,49 triliun, untuk anggaran pelatihan guru sebesar Rp 1,09 triliun yang diperuntukkan 700 ribu lebih guru, kepala sekolah, dan pengawas, dengan waktu pelatihan 3-5 hari pertemuan. Herlini menilai, anggaran sebesar itu untuk
pelatihan guru harus memiliki output yang jelas.

"Kemendikbud juga harus berani menjamin pasca Pelatihan Pendidik, mereka memiliki integritas
moral yang baik di sekolah nantinya. Jangan cuma kompeten menyampaikan materi textbook, tapi dalam perilaku kesehariannya tidak menjadi teladan moral yang baik kepada peserta didiknya," tandasnya.

Anggota DPR asal Dapil Kepulauan Riau ini berharap, tahun ini menjadi tahun 'Darurat Moral Baik', sehingga momentum perubahan kurikulum baru ke depannya diharapkan menjadi momentum evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia yang dinilai masih gagal membentuk bangsa yang
bermartabat dan berwibawa.

Editor: Dodo