Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Keanekaragaman Hayati Lindungi Bumi
Oleh : dd
Senin | 11-02-2013 | 13:44 WIB
sawah_hijau.jpg Honda-Batam
Persawahan. (Foto: flickr.com)

BATAM, batamtoday - Sistem tanam seragam (monokultur) tidak mampu melindungi bumi dari kerusakan yang diakibatkan oleh ulah manusia. Hal ini terungkap dari hasil penelitian terbaru tim gabungan yang dipimpin oleh peneliti dari University of Guelph, Kanada, pekan lalu.

Penelitian yang menjadi liputan utama dalam jurnal Nature ini menyebutkan, petani dan pengelola sumber daya alam tidak boleh bergantung pada pola tanam yang seragam atau monokultur ini.

Pola ini, walau tampak stabil, sesungguhnya sangat rentan terkena gangguan ekosistem. Solusinya, tim peneliti menyarankan agar petani menganekaragamkan tanaman dan pohon budidaya mereka, untuk melindungi dari gangguan ekosistem. Kesimpulan ini diambil dari hasil penelitian selama 10 tahun di lahan milik Nature Conservancy of Canada di Kepulauan Vancouver bagian selatan.

Selain menyertakan alasan ilmiah, tim peneliti yang terdiri dari Profesor Andrew MacDougall, Kevin McCann, Gabriel Gellner dan Roy Turkington, profesor botani, anggota Biodiversity Research Centre di University of British Columbia, juga melengkapinya dengan argumen moral terkait upaya melindungi keanekaragaman hayati ini.

Tim peneliti menyimpulkan, spesies yang beragam dalam satu wilayah akan mampu melindungi ekosistem dan mencegah kerusakan parah akibat gangguan perubahan iklim maupun serangan hama. Ekosistem monokultur yang terlihat stabil, sangat rentan hancur dalam satu musim dan mudah diinvasi oleh tanaman lain, terutama oleh tanaman kayu. Sementara ekosistem yang lebih beragam mampu melindungi wilayah mereka dari spesies invasif.

“Ekosistem adalah ujung tombak dari keanekaragaman hayati di bumi. (Jika rusak) Ekosistem ini akan dengan mudah berubah menjadi hutan kayu ataupun padang pasir,” ujar Kevin McCann, salah satu anggota tim peneliti.

Sumber: Hijauku.com