Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Polusi Merkuri Terus Meningkat
Oleh : dd/hc
Kamis | 10-01-2013 | 08:41 WIB

BATAM, batamtoday - Penelitian terbaru dari Program Lingkungan PBB (UNEP) menunjukkan emisi merkuri terus meningkat di negara-negara berkembang.

Hal ini terungkap dalam berita yang dirilis UNEP pada Kamis (10/1/2013) dari Nairobi, Kenya. Komunitas di negara berkembang menurut UNEP terus menghadapi ancaman kesehatan dan pencemaran lingkungan dari polusi merkuri ini.

Hal ini terutama terjadi di sebagian wilayah Afrika, Asia dan Amerika Selatan yang dipicu oleh penggunaan bahan beracun tersebut dalam penambangan emas tradisional skala kecil dan pembakaran batu bara untuk memroduksi listrik.

Laporan berjudul Global Mercury Assessment 2013 ini menyatakan, emisi yang berasal dari merkuri naik dua kali lipat sejak 2005. Emisi ini diperkirakan akan terus naik dipicu oleh tren kenaikan harga emas. Industrialisasi di Asia juga menyumbang emisi merkuri dalam jumlah besar di Asia yang jumlahnya mendekati separuh polusi merkuri yang dikeluarkan dunia.

Penelitian UNEP juga mengungkap bagaimana merkuri mencemari sungai dan danau dalam skala global. Sebagian besar kontaminasi merkuri ke manusia berasal dari konsumsi ikan yang sudah tercemar, sehingga kondisi lingkungan perairan sangat terkait dengan kesehatan manusia.

Dalam 100 tahun terakhir, emisi yang diproduksi manusia telah mengakibatkan kandungan merkuri di kedalaman 100 meter dari permukaan air laut berlipat ganda. Sementara konsentrasi merkuri di perairan yang lebih dalam telah meningkat sebesar 25%.

Penelitian yang membagi jenis pencemaran berdasarkan wilayah dan sektor ekonomi ini juga menyoroti pencemaran yang signifikan yang berasal dari lokasi deforestasi dan lokasi tercemar yang lain. Laporan ini menyebutkan sekitar 260 ton merkuri terlepas dari dalam tanah akibat praktik-praktik yang tidak ramah lingkungan, mencemari sungai dan danau.

Hasil penelitian ini akan dipresentasikan di International Negotiating Committee on Mercury (INC5), yang akan berlangsung di Jenewa tanggal 13-18 Januari nanti.

UNEP menyeru pemerintah untuk meminimalisir risiko pencemaran ke penduduk dan lingkungan yang bisa memicu gangguan syaraf, kerusakan otak, ginjal, paru-paru dan gangguan kesehatan yang lain.

Sumber : Hijauku.