Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Solusi Atasi Pencemaran Bahan Bakar Fosil
Oleh : dd/hc
Sabtu | 05-01-2013 | 09:57 WIB

BATAM, batamtoday - Metode penangkapan dan penyimpanan karbon bisa menjadi solusi bagi bumi yang tercemar dan masih didominasi oleh bahan bakar fosil.

Hal ini terungkap dari berita International Energy Agency yang dirilis pekan ini.

Menurut IEA, saat ini 80% sumber energi dunia masih berasal dari bahan bakar fosil.

Upaya untuk menangkap dan menyimpan karbon (carbon capture and storage/CCS) harus dilakukan guna mengurangi dampak pembakaran bahan bakar fossil terhadap perubahan iklim dan pemanasan global.

Namun upaya penangkapan dan penyimpanan karbon ini masih menghadapi kendala yaitu tingginya biaya dan kurangnya insentif atau dukungan kebijakan dari pemerintah sehingga menghambat perkembangan CCS.

Hal ini yang mendorong IEA kembali menyeru negara-negara di dunia untuk memrioritaskan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon ini di 2013 guna mengurangi dampak kenaikan emisi dan perubahan iklim.

Bahan bakar fosil memasok 81% dari total permintaan energi pada 2009. Dan selama 10 tahun terakhir, permintaan energi berbahan bakar fosil telah naik sebesar 85%. Tingginya penggunaan minyak, batu bara dan gas ini menyebabkan dunia semakin sulit membatasi emisi CO2 guna menjaga agar suhu bumi tidak naik melebihi 2 derajat Celcius.

Dalam skenario 2 derajat dari IEA, penggunaan bahan bakar fosil bisa berkurang hingga 20% pada 2050 dibanding level saat ini namun masih memasok 45% dari permintaan energi primer dunia. Kuncinya, sebagian besar emisi yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil harus disimpan atau ditangkap.

Laporan World Energy Outlook 2012 menunjukkan, tanpa teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon, lebih dari dua pertiga cadangan bahan bakar minyak yang sudah terbukti di dunia tidak akan bisa dikomersialisasikan untuk menjaga kenakan suhu bumi di bawah 2 derajat Celcius sebelum 2050.

Metode CCS ini meliputi penangkapan CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil, lalu menyimpannya jauh di dalam tanah sehingga tidak meningkatkan efek gas rumah kaca.

Teknologi penangkapan karbon saat ini sudah tersedia dan sudah digunakan di sejumlah pabrik dan lokasi yang menghasilkan emisi CO2. Namun metode ini memerlukan investasi yang tidak sedikit guna membangun lokasi penyimpanan dan infrastruktur yaitu pipa yang menyalurkan emisi CO2 ke sana. Metode ini juga memerlukan peralatan dan energi guna menangkap dan memadatkan CO2 dari berbagai sumber pembuangan gas.

IEA merekomendasikan agar pemerintah menciptakan kebijakan insentif praktis dalam skala yang lebih luas yaitu kebijakan energi terbarukan yang di dalamnya mencakup penggunaan metode CCS dalam skala besar. Semua rekomendasi tersebut tercantum dalam laporan Energy Technology Perspectives 2012. IEA saat ini juga tengah merevisi panduan penerapan teknologi CCS yang diharapkan kelar pada Maret 2013.

Global CCS Institute mencatat, lebih dari 70 fasilitas CCS skala besar yang sudah dibangun di seluruh dunia. Fasilitas-fasilitas ini bisa menjadi proyek percontohan guna menyempurnakan teknologi sekaligus menunjukkan sisi keamanan dan manfaat CCS pada masyarakat.