Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kisah Romo Mangun dan Kali Code Yogya Dibukukan
Oleh : dd/tc
Senin | 17-12-2012 | 15:29 WIB
romo_mangun.jpg Honda-Batam

PKP Developer

YB Mangunwijaya.

YOGYAKARTA, batamtoday - Rohaniwan Y. Suyatno Hadiatmojo mengulas kisah hidup dan pemikiran Romo Mangunwijaya dalam buku bertajuk Kotak Hitam Sang Burung Manyar. Y. Suyatno Hadiatmojo atau Romo Yatno meluncurkan buku ketiganya ini di perpustakaan peninggalan Romo Mangun di RT 01, RW 1, Desa Code, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta.

“Kotak hitam adalah tempat menyimpan semua ingatan saya tentang segala yang diajarkan Romo Mangun, yang dikenal sebagai Sang Burung Manyar,” ujar dia, dikutip dari Tempo, Senin (17/12/2012).

Buku setebal 110 halaman terbitan Galang Press, Yogyakarta ini banyak mengisahkan pemikiran sederhana Romo Mangun, yang berkontribusi besar bagi masyarakat. Pengalaman keseharian Romo Mangun dalam kehidupan bermasyarakat, berpolitik, dan keberpihakan kepada masyarakat miskin banyak diulas dalam buku ini.
Menurut Romo Yatno, Romo Mangun memiliki pemikiran yang melampaui zaman. Beberapa pemikiran besar yang diulas adalah bagaimana belajar menjadi manusia seutuhnya. Romo Mangun mendidik dengan sikap kepedulian.

Dalam persinggungannya dengan Romo Mangun, Romo Yatno banyak mendapat nasihat agar belajar terlebih dahulu menjadi manusia, bukan mencari surga. “Romo Mangun punya pemikiran yang tegas tentang kehidupan orang kecil. Ia berusaha melebur bersama masyarakat dengan cara menghilangkan sekat-sekat perbedaan, termasuk agama,” katanya.

Romo Yatno mengatakan memiliki hubungan dekat dengan Romo Mangun sebagai seorang murid. Ia mengikuti perjalanan Romo Mangun sejak 1987 hingga Romo Mangun mengembuskan napas terakhir. “Saya mengikuti perjalanan hidupnya saat melakukan gerakan-gerakan sosial memprotes proyek waduk Kedung Ombo dan kegiatan kemanusiaan lainnya,” ujar dia.

Ia juga menyatakan, Romo Mangun memiliki sumbangan yang besar terhadap masyarakat yang tinggal di Kali Code. Romo Mangun tinggal di Code dan membangun kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan keluar dari kebodohan dengan membangun perpustakaan. “Romo Mangun pernah bilang lebih baik mengubah sampah menjadi perunggu ketimbang mengubah tambang emas menjadi cincin,” katanya. Romo Yatno tak keberatan disebut sebagai plagiat Romo Mangun. Ia hanya meneruskan pemikiran dan ajaran-ajaran Romo Mangun.

Direktur Galang Press Yogyakarta, Julius Felicianus, mengatakan diskusi dan peluncuran buku ini digagas Galang Press bersama warga Kali Code. Buku tentang ajaran hidup Romo Mangun ini merupakan buku yang ditulis pertama kali oleh orang terdekat Romo Mangun.

Ia mengatakan, keberadaan buku ini penting karena menyangkut toleransi antar-umat beragama, juga kondisi sosial masyarakat. “Saya berharap seluruh warisan, termasuk pemikiran yang ditinggalkan Romo Mangun, akan tetap hidup, karena semuanya mengajarkan kebaikan,” katanya.

Dalam diskusi itu juga hadir Abdul Muhaimin dari Forum Persaudaraan Umat Beriman dan Mas Bimo, perwakilan Pakualaman. Masyarakat Kali Code aktif berdiskusi sembari mengenang perjalanan hidup Romo Mangun.