Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tuntut Diangkat PNS

Perangkat Desa Jebol Pagar DPR dan Lempari Marzuki Alie
Oleh : si
Jum'at | 14-12-2012 | 19:10 WIB

JAKARTA, batamtoday - Ribuan perangkat desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat desa Indonesia (PPDI) dan Asosiasi Perangkat Desa Indonesia (APDETI) akhirnya berhasil masuk ke halaman Gedung DPR/MPR RI.



Selain merusak pagar jalan tol Gatot Subroto, merusak pagar sebelah kanan pintu depan gedung wakil rakyat ini, dan mereka juga melempari Ketua DPR RI Marzuki Alie dan Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan dengan botol Aqua ketika menemui mereka dan berpidato di atas truk. Tapi, politisi Demokrat itu tetap berpidato dan berjanji akan memperjuangkan aspirasi perangkat desa tersebut.

Meski lemparan botol aqua tersebut tidak mengenai Marzuki yang berpakain resmi dan rapi karena akan memimpin sidang paripurna penutupan masa sidang II tahun 2012 tersebut, tapi pidatonya ditanggapi kecewa perangkat desa. Mereka malah menyatakan tidak percaya dengan janji-janji DPR RI.

"Kami akan perjuangkan semaksimal mungkin," janji Marzuki di depan Gedung DPR RI Jakarta, Jumat (14/12/2012).

Melihat ada lemparan botol minuman, Marzuki minta agar pendemo tidak main lempar. “Saya minta perangkat desa tidak lempar, saya minta perangkat desa membawa karakter," kata Marzuki. Peangkat desa jawab,”Hari ini...hari ini.... sudah tahu...sudah tahu Pak...kita tidak butuh janji, tapi angkat sebagai PNS dan beri kami Rp 1 miliar per tahun !" sahut mereka.

Marzuki mengatakan, akan mengajak seluruh fraksi untuk menyelesaikan RUU Desa menjadi UU dalam masa sidang tahun 2013 mendatang. "Saya akan ajak semua fraksi untuk menyelesaikan RUU Desa dalam masa sidang berikutnya.  Sebagai bentuk kesepakatan kami bahwa RUU Desa akan diselesaikan dengan UU Pemerintah Daerah dan UU Aparatur Sipil Negara," tambah Marzuki, yang terus diteriaki pendemo dengan kata-turun,  turun, bohong. bohong.

Namun, Marzuki tetap berpidato dan berjanji jika perjuangan RUU Desa itu dilakukan untuk kesejahteraan rakyat. "Baik saya kira sudah cukup, PNS harga mati karena itu kita perjuangkan. Mudah-mudahan perjuangan kami akan diselesaikan. Terima kasih tolong doanya," ujarnya.

Setelah menyampaikan orasinya Marzuki dan Taufik Kurniawan kembali ke Gedung DPR RI, dan karena para demonstran terus merangsek ke halaman gedung dewan ini, maka aparat kepolisian langsung menggelar kawat berduri, sehingga mereka terhenti, dan tak bisa masuk gedung. Namun, sebagian mereka masuk melalui jalan lain menuju Masjid, untuk menunaikan shalat Jumat.

Selain itu, sebagian ribuan massa perangkat desa yang berdemo bergerak ke tempat parkir Gelora Bung Karno, Senayan di mana bus-bus mereka yang berasal dari luar Jakarta, diparkir. Dan,  sebagian masih bertahan di depan Gedung DPR RI, ada yang duduk-duduk istirahat, makan dan minum pedagang kaki lima di sepanjang jalan gedung wakil rakyat tersebut.

RUU Desa saat ini masih dibahas di bersama antara DPR dan pemerintah, yang saat ini masih memasuki singkronisasi antara pendapat pemerintah dan Komisi II DPR.

Sebelumnya, ada Hercules dari Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) yang juga sayap dari Gerindra, yang meminta agar pendemo tidak menutup jalan tol. Pendemo perangkat desa ini memang menutup Jl. Gatot Soebroto, yang mengakibatkan terjadinya kemacetan total dari arah Semanggi. Jalan tol pun akhirnya dibuka dan lancar.

"Karena sudah ada pencerahan dari pimpinan DPR, maka kita kembali ke Kemanggisan," ujar Iwan pimpinan anak cabang GRIB Cengkareng, Jakarta Barat.

Akibat pendemo tesebut rapat paripurna DPR pun terpaksa diskors. Selain jumlah peserta rapat belum mencapai kuorum yaitu 259 orang, seharusnya 281 orang. Dan,  ternyata masih banyak yang tertahan di luar gedung akibat terjebat kemacetan lalu lintas. " Rapat ditunda setelah sholat Jumat?" tegas pimpinan rapat Marzuki Alie.

Rapat paripurna ini beragendakan pembicaraan tingkat II/pengambilan keputusan terhadap RUU tentang pembentukan daerah otonom. Selain itu rapat ini juga akan menyampaikan pidato penutupan masa sidang II tahun sidang 2012-2013.

Dalam aksi demonstrasi ribuan perangkat desa di halaman Gedung DPR sempat diwarnai kericuhan. Perangkat desa dan polisi sempat terlibat saling lempar. Ada bambu melayang menuju kerumunan demonstran. Polisi yang berjaga di halaman Gedung DPR memang hanya memakai tameng dan bambu sepanjang sekitar 50 cm. Demonstran pun membalas dengan melempar botol air mineral. Situasi pun memanas.

Bahkan demonstran dan polisi yang berhadap-hadapan terlibat saling tendang. Beberapa demonstran lalu naik ke truk minitronton tempat orasi. Takut terjadi provokasi, polisi memukul tidak terlalu keras demonstran tersebut agar turun dari truk tersebut. Namun, botol air mineral kembali dilemparkan oleh demonstran. Untuk menghindari kerusuhan, seorang polisi naik ke atas truk tempat orasi tersebut lalu mengibarkan handuk putih.

Tapi, karena demonstran tetap ingin merangsek masuk ke gedung DPR,  dengan terpaksa gas air mata ditembakkan, para kades pun diimbau untuk bubar.  "Silakan pulang ke rumah masing-masing!" teriak seorang polisi lewat pengeras suara. Berbarengan dengan turunnya hujan, maka pendemo membubarkan diri.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengungkapkan, polisi telah berada di lokasi sebelum massa bergerak ke depan DPR. Untuk mengamankan aksi aparatur desa ini, Polda Metro Jaya menerjunkan kekuatan sebanyak 5.254 personel yang disebar ke beberapa objek vital.

"Jadi bukan berarti Hercules  selaku Korlap APDETI yang mengamankan demo dan kita diam saja. Kita selalu siap siaga dan pendekatan terhadap para korlap merupakan salah satu SOP yang harus dijalankan sebelum ada tindakan tegas terhadap massanya itu sendiri," tutur Rikwanto.

Rikwanto menambahkan, polisi membekuk 23 demonstran yang berdemo di depan Gedung DPR. Mereka disinyalir telah menjadi provokator dalam aksi unjuk rasa oleh perangkat desa yang tergabung dalam PPDI. 

"Saat ini kami telah menangkap 23 orang dan saat ini masih menjalani pemeriksaan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya.

Hingga pukul 17.00 WIB, pemeriksaan masih dilakukan di Gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.

Aksi perangkat desa yang berujung anarkis ini akhirnya dibubarkan secara paksa dengan tembakan peringatan dan gas air mata. Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Eko Bayu Seno mengaku terpaksa melakukan hal tersebut karena pedemo sudah bertindak melanggar aturan dan tidak tertib.

Setelah itu lalu lintas di depan gedung DPR/MPR/DPD yang sempat membuat kemacetan panjang di ibukota sudah mulai berangsur-angsur pulih.