Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pekerja Magang Juga Harus Dapat Perlakuan yang Manusiawi
Oleh : hrj/dd
Jum'at | 07-12-2012 | 15:51 WIB

TANJUNGUBAN,  batamtoday – Perlakuan terhadap pekerja magang, yang banyak didominasi siswa sekolah, diharapkan juga manusiawi baik dari sisi pendapatan maupun jam kerja.

Hal itu disampaikan oleh M. Ery, warga Tanjunguban yang anaknya tengah praktik kerja magang di sebuah perusahaan di kawasan Lagoi, Jumat (7/12/2012).

"Perlakuan terhadap pekerja magang seharusnya ikut diatur dalam UU Ketenagakerjaan. Karena selama ini, seperti anak saya, bekerja magang tapi yang dikerjakannya seperti karyawan penuh," kata Ery.

Disebutnya, anaknya yang bersekolah di sebuah SMK di Tanjunguban itu bekerja magang dari pukul 7.30 WIB hingga 17.00 WIB selama hari kerja.

Namun, pendapatan yang diterima oleh anaknya diakuinya sangat tak sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan. Setiap bulannya, anaknya mendapatkan 'gaji' Rp 300 ribu.

"Saya tak mempermasalahkan besaran pendapatan karena dianggap belajar, namun juga harus diperhatikan apa yang dikerjakan oleh anak saya sama seperti karyawan penuh," kata dia.

Dengan kondisi tersebut, diharapkan ke depan agar diatur di undang-undang ketenagakerjaan atau dituangkan dalam peraturan dan perundangan ketenagakerjaan agar siswa magang mendapatkan perlakuan sama.

Sementara itu, Iskandar, Wakil Ketua FKUI SBSI Kabupaten Bintan kepada batamtoday, menanggapi hal tersebut, mengatakan tidak ada aturan yang mengikat soal siswa magang di sebuah perusahaan.

Namun demikian, kalau beberapa perusahaan di Lobam masih memberikan nilai yang wajar, lain halnya dengan beberapa perusahaan di Lagoi.

‘"Di Lagoi itu malah ada seorang siswa magang hanya mendapatkan Rp 100 ribu per bulan. Kalau dipikir-pikir, ongkos dia ke Lagoi saja sudah berapa," kata Iskandar.

Memang masalah ini tidak ada aturannya, namun ke depan memang perlu diatur agar siswa magang pun mendapatkan haknya selama magang, minimal perusahaan bisa memberikan melihat dari segi kemanusiannya.

"Karena kalau seperti itu (berpendapatan rendah), justru tak manusiawi," katanya.