Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

White Shoes and the Couples Company Sukses Tampil di Festival Film Dokumenter ChopShots
Oleh : dd/rs
Jum'at | 07-12-2012 | 10:33 WIB

JAKARTA, batamtoday - Festival film dokumenter ChopShots telah resmi diselenggarakan untuk pertama kalinya dalam sejarah pada Rabu (5/12/2012) malam lalu bertempat di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta.

Penampilan dari sekstet pop beken, White Shoes and the Couples Company, menjadi penanda dibukanya festival film yang memiliki fokus cerita tentang Asia Tenggara dan menyajikan talenta baru kawasan tersebut.

Vokalis Aprilia Apsari, gitaris Saleh Husein dan Rio Farabi, bassist Ricky Virgana, kibordis Aprimela Prawidyanti, serta drummer John Navid tampil sebanyak dua sesi pada malam itu, yakni sebelum dan sesudah pemutaran film pembuka.

Lagu-lagu yang mereka suguhkan antara lain adalah “Senja Menggila”, “Aksi Kucing”, “Matahari”, “Senandung Maaf”, “Nothing to Fear”, dan sebuah lagu daerah, “Tjangkurileung”, yang akan dicantumkan dalam album mini milik White Shoes and the Couples Company berisi khusus lagu-lagu daerah.

Film yang didapuk sebagai pembuka ChopShots sendiri berasal dari Myanmar berjudul Nargis – When Time Stopped Breathing dan disutradarai oleh The Maw Naing bersama Pe Maung Same, film tersebut dianggap sebagai dokumenter panjang pertama yang pernah dihasilkan Myanmar.

Nargis – When Time Stopped Breathing menangkap kondisi suatu daerah di Myanmar pasca serangan badai Nargis yang merenggut nyawa 140 ribu orang. Duo pembuat dokumenter ini melakukan perjalanan ke desa-desa yang telah hancur, menemui orang-orang yang kehilangan segalanya walaupun pada saat itu berkunjung dan membuat film di zona yang terkena bencana tersebut dilarang oleh pemerintah militer.

Pembukaan ChopShots tadi malam memang khusus untuk orang-orang yang mendapat undangan saja, namun Nargis – When Time Stopped Breathing juga diputar untuk umum pada 8 Desember di Studio XXI cabang Taman Ismail Marzuki.

ChopShots akan digelar sampai 9 Desember di empat lokasi Jakarta, yaitu Studio XXI Taman Ismail Marzuki, Bina Nusantara Film School, Kineforum, dan Goethe Haus. Total ada 60 film dokumenter yang akan diputar di festival ini.

Beberapa program yang menjadi bagian dari ChopShots adalah People Power dan Election Time, yang berbicara soal perlawanan terhadap ketidakadilan politis, serta Man & Nature, yang berkaitan dengan konsekuensi eksploitasi alam.

Selain itu, film dokumenter berjudul Denok & Gareng karya Dwi Sujanti Nugraheni akan diputar untuk pertama kalinya di Indonesia pada ChopShots, tepatnya di Goethe Haus pada 8 Desember. Sebelumnya, film ini telah lebih dulu tayang dalam International Documentary Film Festival, Amsterdam, menandakan penayangan perdana film tersebut di dunia.

Garin Nugroho, Riri Riza, Ayu Utami, dan John Badalu dari Indonesia, serta Enrique Sanchez Lansch dari Jerman dan Khavn de la Cruz asal Filipina akan bertindak sebagai juri untuk kompetisi utama, Best International Documentary Film, yang melibatkan 13 dokumenter panjang. Sementara itu, untuk kompetisi dokumenter pendek, SEA Best Shorts, dengan lebih dari 20 peserta dari Asia Tenggara, juri yang bertugas adalah Riri Riza dan John Badalu bersama Christine Hille dari Jerman.

Pemenang Best International Documentary Film berhak atas uang tunai sebesar 5.000 euro, juara pertama dan kedua SEA Best Shorts masing-masing mendapat 3.000 euro dan 1.500 euro, dan pemenang pilihan penonton alias Audience Award akan diganjar 500 euro.

Travel Fest menjadi tambahan menarik dari ChopShots, di mana sutradara Asia Tenggara yang ditunjuk sebagai pemenang berhak untuk menayangkan filmnya di negara-negara mitra, yaitu Kamboja, Myanmar, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

ChopShots sendiri merupakan bagian dari DocNet South East Asia, sebuah proyek gagasan Goethe Institut dan didanai oleh European Union. Proyek tersebut bertujuan untuk mendukung dan menghubungkan sutradara-sutradara film dokumenter Asia Tenggara, meningkatkan kesadaran terhadap film dokumenter dari kawasan tersebut, dan membantu memajukan sudut pandang profesional untuk talenta baru se-Asia Tenggara.