Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

5 Kota Asia Paling Rentan Perubahan Iklim
Oleh : dd/hc
Rabu | 21-11-2012 | 11:55 WIB

BATAM, batamtoday - Dhaka, Manila, Bangkok, Yangon dan Jakarta akan menjadi kota yang paling parah terkena dampak perubahan iklim. Kesimpulan ini terungkap dalam laporan Climate Change and Environmental Risk Atlas ke-5 yang dirilis Maplecroft, pekan lalu.


Menurut Maplecroft, perusahaan multinasional yang beroperasi di kota-kota ini harus waspada terhadap ancaman kerusakan lingkungan yang akan terjadi dalam dekade mendatang.

Climate Change Vulnerability Index (CCVI) milik Maplecroft mengidentifikasi tujuh kota – semuanya di Asia – sebagai wilayah yang paling parah terkena dampak perubahan iklim ekstrem. Secara keseluruhan, Mapplecroft mengidentifikasi 50 kota yang memiliki peran penting dalam bisnis global saat ini dan masa datang.

Dhaka di Bangladesh (rangking 1), Manila di Filipina (2), Bangkok, Thailand (3), Yangon di Myanmar (4), Jakarta, Indonesia (5), Ho Chi Minh di Viet Nam (6) dan Kolkata, India (7) menjadi tujuh kota paling berisiko (risiko tertinggi ada di Dhaka) yang akan terkena dampak perubahan iklim dan cuaca pada tahun-tahun mendatang.

CCVI dikembangkan oleh Maplecroft untuk mengidentifikasi risiko perubahan iklim di masyarakat, pada operasional perusahaan, sistem pasokan dan investasi di suatu negara dengan luas analisis hingga skala 25km2.

Dampak perubahan iklim di negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5% seperti Filipina, Viet Nam, Indonesia dan India tidak boleh diremehkan. Perubahan pola cuaca dan curah hujan dalam jangka panjang, akan berdampak besar pada ekosistem, kesehatan masyarakat, proses industri, sistem pasokan dan infrastruktur.

Di Jakarta misalnya, banjir sudah mulai menggenangi beberapa wilayah. Selain merusak infrastruktur, banjir juga akan menimbulkan masalah kesehatan, memerparah kemacetan, kota menjadi semakin jorok dengan sampah.

Negara yang masuk dalam kategori berisiko ekstrem (extreme risk), menurut Maplecroft akan mengalami peningkatan ancaman meteorologis dan hidrologis. Banjir besar di Jakarta pada 2007, Yangon pada 2008, Bangkok pada 2011 dan Manila pada 2012 adalah buktinya. Ancaman bencana-bencana ini akan semakin parah dan sering terjadi pada masa datang.

Tingkat risiko di kota-kota ini juga dipengaruhi oleh tingkat sensitivitas populasi dan kemampuan pemerintah dalam mendukung adaptasi perubahan iklim. Maplecroft menyimpulkan, kapasitas kota dan negara dengan risiko ektrem ini dalam menghadapi perubahan iklim tidak banyak mengalami peningkatan.

Untuk itu, program pengurangan risiko, regulasi dan edukasi perubahan iklim perlu terus ditingkatkan. Semuanya guna memastikan stabilitas kota-kota ini pada masa datang, yang penting menunjang perkembangan bisnis dan ekonomi suatu negara.