Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

DPD Nilai Pemda Lebih Pentingkan Bangun Proyek Fisik, Abaikan Sentuhan Sosial
Oleh : si
Minggu | 04-11-2012 | 20:14 WIB
Laode_Ida.jpg Honda-Batam

Wakil Ketua DPD RI Laode Ida

DENPASAR, batamtoday - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI La Ode Ida menilai, salah satu penyebab terjadinya bentrok massal di Lampung Selatan karena pemerintah daerah (Pemda) mengabaikan sentuhan sosial dan lebih mengutamakan proyek-proyek fisik.


Hal tersebut dikatakan La Ode Ida disela-sela Rapat Kerja DPD RI tentang Efektifitas Legislasi dalam Sistem Parlemen Indonesia, Denpasar, Bali , kemarin.

"Tadi pagi, pimpinan DPD berdiskusi dengan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dan jajarannya. DPD berpandangan dalam konteks bentrok massal di beberapa wilayah di Indonesia dan yang terkini di Lampung, salah satu penyebabnya karena Pemda lebih mengutamakan proyek fisik yang jadi target pemerintah," kata La Ode Ida.

Selain itu, peristiwa bentrok massal di Lampung juga sebagai akibat dari sebagian kelalaian pemerintah yang tidak memberikan rasa aman bagi warganya. "Negara terlihat tidak hadir sebelum atau disaat bentrok massal itu terjadi," tegas senator asal Sulawesi Tenggara itu.

Sikap masyarakat asli yang menolak kehadiran pendatang, menurut La Ode Ida sesungguhnya bisa terdeteksi dari awal. Tapi gejala ini juga tidak dicermati dan disikapi oleh Pemda.

"Bahkan Mendagri tadi juga menyadari bahwa masalah sosial penduduk asli dengan pendatang sulit untuk dikelola secara baik," ungkap La Ode Ida. Ditambahkannya, NKRI tercabik-cabik karena pemerintah gagal mengelola masalah sosial di Lampung dan di tempat lainnya.

Lebih lanjut, DPD juga menyarankan Mendagri agar melakukan recovery antara lain segera membangun kembali seluruh bangunan pisik yang hancur akibat bentrok massal tersebut.

Lalu pemulihan psikis baik terhadap warga pendatang maupun penduduk asli agar kedua belah pihak bisa merasa nyaman kembali. "Setelah itu harus dikembangkan program pembangunan pembangunan budaya multy-culturalisme," imbuhnya.