Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Cerita Hang Tuah, Nelayan Belakang Padang yang Diintimidasi Kapal Marine Police Singapura
Oleh : Aldy Daeng
Jum\'at | 27-12-2024 | 17:36 WIB
27-12_nelayan-hang-tuah_0112.jpg Honda-Batam
Hang Tuah, Nelayan Belakang Padang Batam yang Diintimidasi Kapal Marine Police Singapura. (Foto: Aldy/BTD)

BATAMTODAY.COM, Batam - Hang Tuah, satu dari 5 orang nelayan pemilik bot pancung asal Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam, menceritakan apa yang dialami di perairan perbatasan antara Batam dan negara Singapura pada Selasa, 24 Desember 2024 lalu.

Dikisahkan Hang Tuah, ketika tengah asyik memancing di sekitar perairan Pulau Nipah, ia bersama 5 boat pancung lainya tiba-tiba diintimidasi oleh kapal patroli Marine Police Singapura. Kapal patroli Singapura mencoba membuat gelombang besar yang nyaris menenggelamkan perahu mereka.

Bahkan, salah satu di antara nelayan itu terlempar ke laut akibat terjangan ombak yang dihasilkan boleh kapal patroli Singapura. Namun, nyawa temannya berhasil diselamatkan oleh para nelayan yang terkena imbas dari Kapal yang terbilang besar.

"Kami lagi asyik mancing di sana. Tempat itu memang tempat kami mencari ikan dari zaman menek moyang kami. Ada terumbu ikan buatan di lokasi itu," ucap Hang Tuah, saat yang ditemui di parkiran kawasan Panbil, Jumat (27/12/2024).

Hang Tuah melanjutkan, saat kapal patroli Singapura itu datang, mereka mengatakan bahwa perairan tersebut masuk di teritorial Singapura. "Itu tak jauh dari pulau Nipah. Mereka bilang itu laut mereka. Padahal kami setiap saat memancing di sana," katanya.

Mereka (kapal Patroli Singapura) menduga, insiden ini terjadi karena para nelayan melewati batas perairan Indonesia yang berbatasan dengan Singapura

Namun, kata Hang Tuah, area tersebut sebelumnya bebas untuk memancing, meski belakangan pihak Singapura melarang aktivitas tersebut.

Insiden itu terjadi sekitar pukul 13.00 WIB pada Selasa, 24 Desember 2024 lalu. Kedatangan dua unit kapal patroli Singapura langsung mengitari boat pancung para nelayan, dan menimbulkan gelombang besar dan menggangu kegiatan mancing para nelayan.

"Ada dua kapal Singapura, pompong kami hampir tenggelam," sebutannya.

Hang Tuah berserta nelayan lainnya meminta kepada pemerintah dan instansi terkait lainnya untuk memperhatikan keselamatan nelayan yang mencari nafkah.

"Apa alasannya mereka menggangu kami. Kami minta pemerintah melindungi kami, dari zaman nenek moyang kami sudah mancing di sana," harap Hang Tuah

HNSI Kepri Kutuk Tindakan Marine Police Singapura

Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kepulauan Riau, Distrawandi, mengecam keras aksi intimidasi yang dilakukan oleh Marine Police Singapura terhadap nelayan tradisional Belakang Padang. Ia menilai tindakan tersebut sebagai bentuk arogansi yang melampaui batas.

"Kami mengutuk keras tindakan Marine Police Singapore terhadap nelayan tradisional Belakang Padang, Batam, Kepri. Apa maksud dan tujuannya. Mereka ini hanya nelayan kecil yang mencari nafkah!" ujar Distrawandi dengan nada kesal.

Saat ini, Ketua HNSI Kepri Distrawandi, bersama Sekertaris HNSI Kepri, Agus dan Sekretaris HNSI kota Batam, Muhammad, sedang melakukan audiensi dengan pihak perwakilan konjen Singapura, di Kantor Konsulat Jenderal (Konjen) Singapura di Batam.

"Kami juga akan berkoordinasi dengan Polda dan Lantamal IV Batam. Kami akan memastikan Singapura bertanggung jawab atas insiden ini," tegasnya.

"Kami akan menunjukkan bahwa nelayan tradisional kecil tidak bisa diintimidasi begitu saja. Ini bukan hanya soal perbatasan, tapi soal martabat nelayan Indonesia," kata Distrawandi.

Hingga berita ini dipublish, pihak HNSI Kepri dan HNSI kota Batam , tengah melakukan audiensi secara tertutup.

Editor: Gokli