Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Indonesia Ekspor 50 Ribu Ton Porang ke Tiongkok, Perkuat Industri Hilir
Oleh : Redaksi
Sabtu | 30-11-2024 | 15:04 WIB
MoU-Porang.jpg Honda-Batam
Kementerian Perindustrian memfasilitasi penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Agrobisnis Komoditas Indonesia (Agrasi) dan GuangXi Huapin Agricultural Technology, Co., Ltd. (Kemenperin)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Hubungan bilateral Indonesia dan Tiongkok kembali diperkuat melalui kerja sama di sektor industri. Kementerian Perindustrian memfasilitasi penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Agrobisnis Komoditas Indonesia (Agrasi) dan GuangXi Huapin Agricultural Technology, Co., Ltd.

Kerja sama ini berfokus pada pengembangan rantai nilai porang, komoditas unggulan Indonesia. Dalam kesepakatan tersebut, Agrasi akan mengekspor serpih (chip) porang sebanyak 50.000 ton per tahun untuk memenuhi kebutuhan GuangXi Huapin.

Penandatanganan MoU disaksikan langsung oleh Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, dan Wakil Wali Kota Guigang, Nong Zhuosong, di Jakarta. "Kolaborasi ini tidak hanya soal ekspor serpih porang, tetapi juga pengembangan rantai pasok dan industri hilir porang di Indonesia," ujar Putu, Jumat (29/11/2024), demikian dikutip laman Kemenperin.

Kerja sama ini melibatkan 21 industri kecil dan menengah (IKM) yang mendapatkan dukungan berupa mesin pengering serpih porang. Putu menyatakan bahwa target pada 2028 adalah terwujudnya transfer teknologi untuk memproduksi tepung glukomanan dengan spesifikasi industri.

Kesepakatan ini juga melanjutkan kontrak sebelumnya pada Januari 2024, yang mencakup ekspor serpih porang sebesar 25.000 ton per tahun selama enam tahun. Pada 26 November 2024, kapasitas ekspor ditingkatkan menjadi 50.000 ton per tahun.

"Peningkatan ekspor ini didukung dengan penggunaan mesin pengering ber-TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) untuk memperkuat sentra produksi porang," tambah Putu.

Salah satu tujuan kerja sama ini adalah menjaga stabilitas harga bahan baku porang di tingkat petani melalui sistem contract farming. Harga porang diupayakan tetap stabil di kisaran Rp 4.000 - Rp 4.500 per kilogram untuk mendorong motivasi petani.

Selain itu, kolaborasi Agrasi dan Huapin juga mencakup injeksi teknologi di wilayah produksi porang. Komitmen ini mencakup pelatihan bagi sumber daya manusia (SDM) lokal untuk meningkatkan penguasaan teknologi pengolahan porang.

"Diharapkan pada 2030, Indonesia akan memiliki industri permurnian glukomanan dengan kadar 95 persen, menjadikan Indonesia pionir di pasar glukomanan global," ujar Putu, optimis.

Wakil Wali Kota Guigang, Nong Zhuosong, menyampaikan dukungannya terhadap kerja sama ini. Ia berharap, Guigang dapat berkembang menjadi pusat industri konjak yang memainkan peran penting dalam rantai pasok global.

Kerja sama ini mencerminkan langkah strategis Indonesia dalam memanfaatkan potensi komoditas lokal sekaligus memperkuat hubungan ekonomi dengan Tiongkok.

Editor: Gokli