Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pussy Riot Tuding Pemerintah Rusia Sadap Telepon Mereka
Oleh : dd/rs
Jum'at | 26-10-2012 | 12:48 WIB
Pussy_Riot_360.jpg Honda-Batam
Pussy Riot.

MOSKOW, batamtoday - Seorang anggota Pussy Riot yang telah bebas dari penjara menyatakan bahwa pemerintah Rusia menyadap telepon mereka.


Dilansir oleh NME, Yekaterina Samutsevich mengatakan kelompok mereka masih dalam pengawasan ketat. Samutsevich bebas dari penjara pada 10 Oktober dengan banding setelah pengacaranya berargumen bahwa ia sama sekali tidak mengambil gitarnya keluar dari tas sebelum akhirnya ia ditendang keluar dari katedral.

Ketika ditanya apakah ia akan terus berpartisipasi dalam aksi Pussy Riot setelah ia bebas, ia mengatakan, “Ya, saya tidak ingin duduk di rumah dan tidak melakukan apa-apa. Tapi ini situasi yang rumit bagi saya sekarang. Saya harus bertindak hati-hati. Mereka menyadap telepon kami.”

Samutsevich membeberkan kondisinya ketika ia dipenjara. “Seperti Groundhog Day. Kami dalam pengawasan yang konstan. Semua korespondensi kami dibaca. Tentang makanan di sana, mandi seminggu sekali, saya masih bisa toleran. Tetapi jika mereka mengirim saya kembali ke sana, saya bisa gila.”

Sebagai anggota yang bebas, Samutsevich mengatakan kepada The Guardian mereka telah dipisahkan dan dikirim ke kamp penjara yang jauh dari keluarga mereka. Kondisi kamp-kamp tersebut dilaporkan brutal, mereka menyebutnya kamp yang sangat keras.

Nadezhda Tolokonnikova, yang memiliki seorang putri berusia empat tahun dengan nama Gera, telah dikirim ke Mordovia, sekitar 300 mil sebelah timur Moskow. Sedang Maria Alyokhina, yang memiliki putra berusia lima tahun, telah dikirim ke wilayah terpencil di Perm, Siberia, sekitar 700 mil sebelah utara ibukota. Area tersebut digunakan untuk koloni penjara di era Soviet.

Tiga anggota Pussy Riot dihukum karena dituduh memotivasi hooliganism dan kebencian pada agama bulan Agustus lalu. Saat itu Pussy Riot mengadakan konser dadakan di katedral utama Moskow sebagai protes terhadap pemilihan kembali Vladimir Putin dan dijatuhi hukuman dua tahun penjara oleh Pengadilan Distrik Tagansky. Hukuman yang diterima mereka mendapat kecaman dari musisi dunia, seperti Paul McCartney, Bjork, dan Madonna. Di Rusia juga terjadi aksi-aksi solidaritas yang menuntut pembebasan mereka. Aksi ini menganggap penangkapan mereka adalah upaya pemerintah untuk membungkam kritik.