Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Eliminasi TBC 2030

Menkes Targetkan Deteksi 1 Juta Kasus TBC pada 2025, Indonesia Siapkan Inovasi Kesehatan
Oleh : Redaksi
Rabu | 13-11-2024 | 10:24 WIB
Eliminasi-TBC-2030.jpg Honda-Batam
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, dalam konferensi pers di Pertemuan Tingkat Tinggi Inovasi Tuberkulosis (High Level Meeting TBC Innovation) di Bali, Senin (11/11/2024). (Foto: Kemenkes)

BATAMTODAY.COM, Bali - Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengumumkan target ambisius untuk mendeteksi 1 juta kasus Tuberkulosis (TBC) pada 2025, sebagai langkah mendukung eliminasi TBC di Indonesia pada 2030.

Indonesia, yang kini menduduki posisi kedua dunia dengan jumlah kasus TBC tertinggi, bergerak agresif untuk menurunkan angka tersebut melalui sejumlah inovasi dalam deteksi dan pengobatan.

"Kami menargetkan menemukan 1 juta kasus pada tahun depan. Dari sekitar 1.060.000 estimasi kasus yang ada, kita berharap dapat mendiagnosis setidaknya 1 juta di antaranya," ujar Menkes, dalam konferensi pers di Pertemuan Tingkat Tinggi Inovasi Tuberkulosis (High Level Meeting TBC Innovation) di Bali, demikian dikutip laman Kemenkes, Senin (11/11/2024).

Pemerintah telah menyusun tiga inisiatif utama untuk memperluas akses deteksi dan pengobatan TBC, meningkatkan kesadaran masyarakat, serta menerapkan teknologi untuk diagnosis yang lebih cepat dan akurat.

Inisiatif pertama adalah memperluas cakupan skrining dan memperkuat sistem surveilans. Menkes Budi menyatakan bahwa metode skrining TBC akan diperluas, termasuk pemanfaatan alat PCR yang sebelumnya digunakan untuk deteksi Covid-19.

"Deteksi TBC biasanya harus dari sampel dahak, yang cukup rumit. Kini kami coba alat PCR dengan swab tenggorokan di beberapa daerah, seperti Jawa Barat, mirip metode tes Covid-19," ujar Budi.

Inovasi ini diharapkan dapat mempermudah dan mempercepat deteksi TBC di masyarakat. Selain PCR, Menkes juga tengah menguji teknologi USG yang didukung kecerdasan buatan (AI) untuk mengidentifikasi TBC atau pneumonia.

"Teknologi USG, yang selama ini digunakan untuk pemeriksaan kesehatan lain, kini bisa membantu mendeteksi TBC dengan bantuan AI. Kami akan menguji lebih lanjut potensi ini," tambahnya.

Inisiatif kedua berfokus pada peningkatan efektivitas pengobatan TBC. Menurut Menkes, durasi pengobatan yang panjang, mencapai enam bulan, menjadi tantangan utama bagi pasien dalam menyelesaikan pengobatan. Oleh karena itu, Kemenkes berupaya mengembangkan metode pengobatan yang lebih cepat dan nyaman bagi pasien, termasuk melalui uji klinis untuk pengobatan TBC dengan suntikan tunggal dan alternatif terapi lain yang bisa mempersingkat waktu pengobatan menjadi satu bulan.

"Jika pengobatan bisa dilakukan dengan sekali suntik atau durasi minum obat dipangkas dari enam bulan menjadi satu bulan, banyak pasien yang akan terbantu. Kami ingin berpartisipasi dalam uji klinis untuk pengobatan baru ini," kata Menkes.

Inisiatif ketiga adalah pengembangan vaksin TBC yang lebih efektif. Menkes menyampaikan bahwa Indonesia tengah mengeksplorasi beberapa uji klinis vaksin TBC terbaru setelah vaksin M72 menunjukkan hasil yang kurang optimal. "Kami tertarik untuk berpartisipasi dalam lebih banyak uji klinis vaksin. Semakin banyak pilihan, semakin besar peluang kita untuk mendapatkan vaksin yang benar-benar efektif," tambahnya.

Dengan target mendeteksi 1 juta kasus pada 2025, Indonesia berharap bisa mempercepat langkah menuju eliminasi TBC pada 2030. Menkes mengajak seluruh pihak, baik dari kalangan pemerintah, tenaga medis, masyarakat, dan sektor swasta untuk bekerja sama mewujudkan Indonesia bebas TBC.

Inovasi-inovasi ini menandakan komitmen Indonesia dalam mengatasi salah satu tantangan kesehatan terbesar, yang tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga berpotensi meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

Editor: Gokli