Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Memutus Rantai Stigma Kesehatan Jiwa, Membangun Kesadaran dan Empati
Oleh : Redaksi
Kamis | 31-10-2024 | 11:44 WIB
kesehatan-jiwa.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Stigma terkait kesehatan jiwa masih membayangi masyarakat. Kondisi seperti depresi, gangguan kecemasan, dan stres sering kali disalahartikan dan dianggap sebagai bentuk kelemahan atau kurangnya keimanan.

Dalam dunia kerja, stigma ini bahkan bisa membuat pekerja yang mencari bantuan kesehatan jiwa dianggap 'tidak mampu lagi bekerja', sehingga enggan untuk mencari bantuan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa stigma dan diskriminasi dapat memperburuk kondisi seseorang dan menghambat proses pemulihan. WHO juga menggarisbawahi pentingnya edukasi masyarakat untuk menghapuskan stigma yang menghalangi akses terhadap perawatan kesehatan jiwa.

Menanggapi hal ini, Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI, dr Imran Pambudi, menyampaikan tiga langkah kunci untuk menghentikan stigma ini. "WHO telah merekomendasikan beberapa langkah utama yang termuat dalam 'World Mental Health Report: Transforming Mental Health for All', yang dirilis pada 2022. Pertama, strategi edukasi untuk mengatasi mitos dan kesalahpahaman di masyarakat," ujar Imran di Jakarta pada Selasa (29/10/2024), demikian dikutip laman Kemenkes.

Langkah edukasi ini melibatkan kampanye literasi, peningkatan kesadaran, dan pelatihan terkait kesehatan jiwa, yang bertujuan membuka pandangan masyarakat terhadap masalah kesehatan jiwa secara lebih bijak.

Langkah kedua adalah strategi kontak, yakni upaya untuk meruntuhkan pandangan negatif dengan mendekatkan masyarakat dengan mereka yang memiliki kondisi kesehatan jiwa. "Melalui interaksi sosial langsung atau virtual, masyarakat dapat memahami lebih baik kondisi tersebut dan menjadi lebih peka," tambah Imran.

Langkah ketiga adalah strategi aksi yang mencakup aksi protes atau petisi untuk menolak segala bentuk stigma. "Upaya ini melibatkan aksi sosial seperti petisi dan kampanye advokasi yang menuntut penghentian diskriminasi," jelas Imran.

Studi Keberhasilan Kampanye Anti-Stigma Kesehatan Jiwa di Berbagai Negara

Pengalaman dari sejumlah negara menunjukkan keberhasilan strategi berbasis kontak dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan publik terkait kesehatan jiwa. Imran menjelaskan, beberapa negara telah berhasil menerapkan kampanye anti-stigma yang efektif dalam mengubah pandangan publik. Di Inggris, misalnya, kampanye Time to Change memanfaatkan acara-acara komunitas lokal serta penghargaan bagi penyintas kesehatan jiwa untuk meningkatkan kesadaran. Hasilnya, program ini terbukti efektif dalam menurunkan stigma terkait kesehatan jiwa.

Di Australia, organisasi Beyond Blue menjalankan program literasi kesehatan jiwa yang membantu masyarakat lebih memahami depresi dan gangguan kecemasan. Program ini juga menyertakan pelatihan dan diskusi komunitas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat perawatan kesehatan jiwa.

Sementara itu, Kanada juga telah menjalankan program Opening Minds oleh Mental Health Commission of Canada (MHCC). Program ini berhasil mendorong perubahan signifikan melalui edukasi berbasis kontak dan dukungan kepada penyedia layanan kesehatan, karyawan, dan generasi muda. Berbagai cerita tentang harapan dan kesembuhan dari individu yang telah melalui tantangan kesehatan jiwa dianggap sebagai pendekatan paling efektif untuk mengurangi stigma.

Dengan langkah-langkah ini, upaya untuk memutus rantai stigma terkait kesehatan jiwa semakin kuat, membawa harapan akan terciptanya lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi mereka yang membutuhkan.

Editor: Gokli