Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Aktivitas Fisik Bisa Cegah Stroke, Kemenkes Ajak Masyarakat Lebih Aktif
Oleh : Redaksi
Sabtu | 26-10-2024 | 12:44 WIB
aktivitas-fisik.jpg Honda-Batam
Aktivitas fisik selama 30 menit lima kali seminggu dapat menurunkan risiko stroke hingga 25%. (Kemenkes)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Stroke menjadi ancaman serius yang dapat mengakibatkan kecacatan dan kematian. Setiap serangan stroke dapat menyebabkan sekitar 1,9 juta sel otak mati setiap menit.

Berdasarkan data terbaru, stroke adalah penyebab kematian kedua tertinggi di dunia, dan di Indonesia penyakit ini menyumbang 11,2% dari total kecacatan serta 18,5% kematian.

Data Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 per 1.000 penduduk, dengan pembiayaan untuk pengobatan stroke mencapai Rp5,2 triliun pada 2023 --menempatkannya di peringkat ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.

Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P), dr Yudhi Pramono, menjelaskan bahwa 90% kasus stroke bisa dicegah dengan mengontrol faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, gaya hidup sedentari, dan pola makan. "Sebagian besar kasus stroke sebenarnya dapat dicegah. Pengendalian faktor risiko menjadi kunci utamanya," ujar dr Yudhi, dalam peringatan Hari Stroke Sedunia, Jumat (25/10/2024), demikian dikutip laman Kemenkes.

Menurut dr Yudhi, aktivitas fisik selama 30 menit lima kali seminggu dapat menurunkan risiko stroke hingga 25%. "Olahraga bukan hanya untuk mencegah stroke, tapi juga membantu menjaga berat badan, mengontrol tekanan darah, dan meningkatkan kesehatan jantung," tambahnya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga berupaya meningkatkan deteksi dini dislipidemia pada pasien diabetes dan hipertensi sebagai bagian dari pencegahan stroke. Pada 2024, Kemenkes menargetkan deteksi dini dislipidemia pada 10,5 juta orang, namun saat ini baru mencapai 11,3% dari target.

Perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO), dr Elina Widiastuti, mengatakan aktivitas fisik rutin dapat menurunkan risiko stroke. Ia menyarankan jenis aktivitas fisik yang mencakup latihan aerobik, latihan penguatan otot, serta membatasi aktivitas sedentari.

"Latihan fisik, selain menurunkan risiko stroke, juga membantu menurunkan stres dan meningkatkan fungsi kognitif," jelas dr Elina.

dr Dodik Tugasworo dari Perhimpunan Dokter Neurologi Seluruh Indonesia (Perdosni) mengingatkan bahwa stroke tidak hanya menyerang lansia tetapi juga orang usia produktif. Berdasarkan data global 2019, stroke juga ditemukan pada kelompok usia di bawah 15 tahun. "Stroke kini tidak hanya menyerang usia lanjut, tetapi bisa terjadi sejak usia 10 tahun, meski rentan terjadi di usia 45-80 tahun," katanya.

Sebagai upaya preventif, Kemenkes mengampanyekan panduan pencegahan CERDIK yang mencakup cek kesehatan rutin, hindari rokok, aktivitas fisik teratur, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres. Kemenkes juga terus menguatkan transformasi layanan kesehatan primer dan rujukan, melengkapi rumah sakit dengan fasilitas penanganan stroke, serta mengembangkan registrasi stroke sebagai dasar kebijakan kesehatan.

Pada peringatan Hari Stroke Sedunia, Kemenkes menggencarkan kampanye bertema 'Ayo Melangkah Kalahkan Stroke Mulai dari Diri Sendiri' untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya aktivitas fisik sebagai langkah pencegahan stroke.

Editor: Gokli