Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemilu 2014

Ajang Pertarungan Prabowo Vs Pramono Edhi
Oleh : si
Selasa | 23-10-2012 | 21:11 WIB
Christianto_wibisono1.gif Honda-Batam

Christianto Wibisono

JAKARTA, batamtoday - Meskipun akan muncul banyak calon presiden (capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 mendatang, tetapi pertarungan akan mengerucut pada dua figur jenderal TNI.



Mereka adalah Pramono Edhie Wibowo yang saat ini menjabat Kasad sekaligus adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan mantan Danjen Kopassus Jenderal (Purn) Prabowo Subianto, yang saat ini ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.

Analisis tersebut dikemukakan pendiri Institute Presiden Indonesia (IPI) Cristianto Wibisono dalam bedah buku karya Roy BB Janis berjudul "Soeharto Murid Soekarno" di gedung DPR RI Jakarta, Selasa (23/10/2012).

Dalam bedah buku yang dihadiri juga Roy BB Janis, pengamat politik LIPI, Syamsudin Haris, dan Ketua Fraksi Gerindra MPR, Martin Hutabarat itu, Cristianto mengatakan, pertarungan Prabowo dan Pramono Edhie akan sangat ketat.

"Tapi siapa pemenangnya tergantung bagaimana keduanya mengelola harapan rakyat," kata dia.

Lebih lanjut, Cristianto yang juga memimpin lembaga Global Nexus ini menyatakan Indonesia menghadapi problem besar dalam masalah kepemimpinan nasional, mengingat sistem pemerintahan yang tidak jelas antara presidensial dan parlementer.

"Persoalannya bagaimana memodifikasi dua unsur sistem pemerintahan itu agar kepemimpinan nasional mampu mengatasi berbagai intrik dan konflik politik yang ada di semua partai, DPR, dan pemerintahan."

"Apalagi, sejarah telah membuktikan sejak awal para elite selalu membuat intrik-intrik politik demi kepentingannya," ujar Cristianto yang juga menulis buku "Wawancara Imajiner dengan Bung Karno" itu.

Sementara, Roy BB Janis selaku penulis buku menceritakan perbandingan kepemimpinan Soekarno dan Soeharto. Yang intinya Soeharto banyak memgambil ajaran-ajaran Bung Karno, dan memodifikasikannya untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan Soeharto yang sering disebut jaman Orde Baru.

Padahal dimasa Soeharto itu sebenarnya tidak ada yang baru.

Menurut mantan Ketua Fraksi PDIP DPR yang saat ini menjabat Ketua Umum Partai Demokrasi Pembaruan (PDP), ada tiga klasifikasi murid yaitu murid yang pandai, yang bodoh, dan nakal.

"Soeharto adalah termasuk murid yang nakal dan melawan sang guru yakni Soekarno demi untuk mengejar kekuasaan," kata Roy yang pernah tergabung dalam Kelompok 19 menentang pencalonan kembali presiden Soeharto tahun 1993.