Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bus Bukan
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 16-08-2024 | 09:28 WIB
1608_dahlan-bus-bukan_093498348.jpg Honda-Batam
Penampakan Autonomous Rail Rapid Transit di IKN dan Zhuzhou, Tiongkok. (Foto: Disway.id)

Oleh Dahlan Iskan

ANDA boleh menyebutkannya kereta. Boleh juga bus. Bahkan bus gandeng.

Nama resminya sendiri, di tempat lahirnya, amat panjang: Autonomous Rail Rapid Transit. Nama itu disingkat dengan singkatan yang juga tidak terlalu nyambung: ART.

Itulah kereta bus yang akan jadi ikon di IKN --ibu kota Nusantara. Anda sudah melihat fotonya. Juga videonya. Yakni saat barang itu dicoba di IKN seminggu terakhir.

Sesuai dengan KTP-nya 'barang' itu lahir di kota mana lagi kalau bukan di Tiongkok. Nama kotanya: Zhuzhou. Di daerah selatan Tiongkok. Di provinsi Hunan --antara Wuhan dan Guangzhou.

Zhuzhou kota nomor dua di provinsi itu. Sekitar satu jam lewat jalan tol dari Changsha ibu kota Hunan. Ini kota kabupaten tapi besarnya jauh melebihi Bandung atau Surabaya --apalagi kekuatan ekonominya.

Bagaimana sebuah penemuan baru bisa lahir di sebuah kabupaten nun di pedalaman? Yang jauhnya sekitar 2.000 km dari Beijing?

Wilayah pedalaman di Tiongkok memang punya kiat sendiri-sendiri untuk memajukan ekonomi. Saya sering ke daerah tetangga Zhuzhou. Si kabupaten tetangga itu punya kiat yang tak terbayangkan oleh para bupati di Indonesia.

Ia sadar kabupatennya jauh sekali dari pelabuhan. Jauh dari Shanghai. Jauh dari Shenzhen. Jauh dari Hong Kong. Daerah itu nun di pedalaman. Tidak mungkin ada investor yang mau tanam modal di situ.

Ternyata ada. Banyak. Dari banyak negara. Salah satunya dari Indonesia. Tentu saya kenal baik dengannya.

Saya pun bertanya: mengapa mau bikin pabrik di daerah sepedalaman itu. Bagaimana ia bisa ekspor ke Indonesia. Bukankah harus mengangkut produknya pakai truk ribuan kilometer ke arah pelabuhan internasional? Atau harus diangkut pakai kereta api selama dua hari ke pelabuhan yang mana pun?

Inilah jawabnya: pemda kabupaten setempat menanggung biaya transportasi barangnya dari stasiun kereta api terdekat ke pelabuhan nun jauh di pantai.

Dan itu bukan hanya janji. Sudah jalan. Pabriknya sudah beroperasi. Sudah ekspor ke Indonesia. Barang dari pabriknya yang di Tiongkok itu jadi bahan baku untuk pabriknya yang di Indonesia.

Zhuzhou pun melakukan banyak tawaran fasilitas mirip itu. Sampai-sampai perusahaan raksasa Tiongkok, CRRC, mau bikin pabrik di Zhuzhou. Besar sekali. Kemampuan risetnya juga besar. Salah satunya meriset kendaraan massal dalam kota yang lebih fleksibel.

Lahirlah bus gandeng yang bukan bus. Atau kereta yang bukan kereta. Desain dalamnya seperti kereta bawah tanah. Teknologi gandengan antar gerbongnya seperti kereta bawah tanah. Ada yang gandeng tiga, ada pula yang gandeng lima.

Barang itu tidak bisa disebut kereta karena rodanya ban karet. Tidak bisa disebut bus karena memang bukan bus. Yang gandeng tiga bisa memuat 90 sampai 300 orang. Yang lima gandeng bisa untuk 150 sampai 500 orang.

Kelebihannya: tidak harus di bawah tanah. Juga tidak perlu pakai rel baja. Barang itu berjalan sesuai dengan penunjuk jalan yang digambar di atas aspal. Bentuknya garis-garis. Penanda itulah yang dibaca oleh pemindai.

Di Zhuzhou sendiri sudah diuji secara detail. Tahun 2018 sudah resmi mulai dipakai. Setelah dievaluasi hasilnya baik. Lalu jalurnya pun ditambah. Tidak hanya jalur timur-barat, juga utara selatan. Rute 1 dari ujung timur kota ke ujung barat. Rute 2 dari pinggir utara kota ke pinggir selatan.

Malaysia sudah lama serius akan menggunakannya. Batal. Setelah diseriusi ternyata malah bikin macet. Terutama karena lebar badan jalan yang diperlukan hampir separo jalan sendiri.

Sudah lima kota di lima negara yang serius menjajaki akan menggunakan barang itu. Tapi baru IKN yang akan difungsikan dalam waktu dekat, mulai hari-hari ini.

Rasanya IKN memang tepat sebagai kota pertama yang mengoperasikannya di luar Zhuzhou. Belum ada jenis angkutan umum lainnya di IKN. Jalan rayanya juga baru. Badan jalannya maupun aspalnya. Masih sepi. Aspalnya bisa digambari apa saja selain gambar kepala banteng.

Hasilnya: semoga lancar.

'T e r l a l u' --sambil membayangkan wajah muda Rhoma Irama-- kalau ada yang mendoakan agar barang itu mogok.

Sama 't e r l a l u n y a' dengan yang mendoakan agar tanggal 17 Agustus itu IKN diguyur hujan. Tanpa Anda doakan pun potensi hujan memang besar. Ini bulan Agustus --musim hujan di Kaltim. Bukalah ramalan cuaca di Google. Balikpapan sangat mendung sepanjang hari itu. Tapi IKN bukan Balikpapan --meski bandaranya, untuk sementara, ikut Balikpapan.

Kota Zhuzhou belakangan kian penting. Persilangan kereta cepat (Whoosh-nya Tiongkok) ada di kota ini. Yakni persilangan kereta jarak jauh Beijing ke Guangzhou, dari utara ke selatan. Juga persilangan dari timur ke barat, dari Shanghai ke Kunming.

Kian banyak foto-foto terbaru IKN viral di dunia maya. Saya termasuk yang bangga melihatnya --mungkin karena justru tidak melihatnya dari dekat.*

Penulis adalah wartawan senior Indonesia