Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Degradasi Lingkungan Tingkatkan Risiko Bencana
Oleh : dd/hc
Jum'at | 12-10-2012 | 10:15 WIB
tsunami.jpg Honda-Batam
Bencana tsunami.

BATAM, batamtoday - Degradasi lingkungan meningkatkan risiko bencana di negara-negara kepulauan termasuk Indonesia.


Dari tahun 2002 hingga 2011, telah terjadi 4.130 bencana di seluruh dunia, dengan korban mencapai satu juta jiwa dan kerugian ekonomi sebesar US$1,195 triliun. Kemerosotan kualitas lingkungan akan memerparah dampak bencana alam yang terjadi pada tahun-tahun mendatang.

Hal ini terungkap dari Laporan Risiko Dunia (World Risk Report) 2012 yang diluncurkan oleh German Alliance for Development Works (Alliance), United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS) dan The Nature Conservancy (TNC) hari ini (11/10) di Brussels, Belgia.

Bagian penting dari laporan ini adalah Indeks Risiko Dunia (World Risk Index), yang memeringkatkan 173 negara berdasarkan profil risiko (exposure), pengaruh, kemampuan adaptasi dan kapasitas untuk mengurangi dampak negatif dari bencana alam.

15 negara yang paling berisiko saat terjadi bencana semuanya merupakan negara tropis dan terletak di pesisir pantai. Vanuatu dan Tonga – negara yang terletak di Kepulauan Pasifik – memiliki risiko bencana tertinggi dari 173 negara. Sementara risiko bencana terendah ditempati oleh Malta dan Qatar.

Indonesia berada pada peringkat risiko ke-33 dengan nilai 10,74% dan termasuk negara berisiko tinggi dan sangat tinggi terkena empat jenis bencana alam yaitu gempa bumi, badai, banjir dan kenaikan air laut.

Ke-15 negara yang menempati peringkat tertinggi tersebut adalah: 1. Vanuatu (63,66%), 2. Tonga (55,27%), 3. Filipina (52,46%), 4. Jepang (45,91%), 5. Costa Rica (42,61%), 6. Brunei Darussalam (41,10%), 7. Mauritius (37,35%), 8. Guatemala (36,30%), 9. El Salvador (32.60%), 10. Bangladesh (31.70%), 11. Chile (30.95%), 12. Belanda (30.57%), 13. Kepulauan Solomon (29,98%), 14. Fiji (27,71%) dan 15. Kamboja (27,65%).

Di negara-negara tersebut di atas, habitat laut seperti terumbu karang dan mangrove memiliki peran penting dalam mengurangi risiko bencana. Terumbu karang misalnya, bisa memecah dan mengurangi energi gelombang laut yang akan mendekati pantai hingga lebih dari 85%.

“Laporan terbaru ini memberikan gambaran nyata dampak kerusakan lingkungan terhadap peningkatan risiko bencana. Ketika lereng telah mengalami deforestasi, ketika terumbu karang, mangrove dan lahan basah yang dilindungi rusak atau hilang, dampak kekuatan (bencana) alam akan lebih parah,” ujar Peter Mucke, Direktur Alliance Development Works sebagaimana dikutip dalam siaran pers TNC.

“Alam bisa membantu mengurangi risiko bencana alam seperti badai, erosi dan banjir di wilayah pesisir,” ujar Dr. Michael Beck, Ilmuwan Kelautan Utama TNC. Terumbu karang, terumbu tiram dan mangrove, menurut Michael, bisa menjadi alat pertahanan garis depan yang fleksibel, hemat biaya, dan berkelanjutan selain memberikan manfaat untuk industri perikanan dan pariwisata yang tidak bisa disediakan oleh dinding dan pemecah gelombang buatan.

Menurut Michael Beck dan Dr. Christine Shepard, peneliti TNC yang juga turut menulis laporan ini, ada 200 juta orang dan tujuh negara yang paling berisiko jika terumbu karang rusak. Mereka adalah penduduk desa atau kota yang berlokasi di dataran rendah (lokasi dengan ketinggian 10 meter di atas permukaan laut) dan di daerah pesisir yang berjarak 50 kilometer dari terumbu karang.

Ketujuh negara yang paling rentan bencana jika terumbu karang mengalami kerusakan adalah Indonesia dan India (berdampak masing-masing pada > 35 juta penduduk), Filipina (> 20 juta), China (> 15 juta), Vietnam, Brasil dan Amerika Serikat (seluruhnya > 7 juta).

Direktur Program Kelautan TNC Indonesia, Abdul Halim mengatakan, Asia Tenggara, khususnya Indonesia, sejauh ini memiliki jumlah penduduk terbesar yang tinggal di dataran rendah.

“Terumbu karang di area ini tergolong paling terancam. Perlindungan dan pemulihan terumbu karang sangat penting untuk memastikan agar terumbu karang terus memberikan manfaat bagi manusia pada saat ini dan generasi mendatang,” tuturnya dalam siaran pers TNC.

Untuk itu, Abdul Halim meminta pemerintah dan para pemangku kepentingan lokal untuk lebih terlibat dalam konservasi kelautan dan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Mari bersama selamatkan lingkungan dan kemanusiaan.