Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jokowi Minta Sekolah Jangan Tutupi Kasus Bullying
Oleh : Redaksi
Sabtu | 02-03-2024 | 11:04 WIB
jokowi_pgri4.jpg Honda-Batam
Presiden Joko Widodo menghadiri eresmian Pembukaan Kongres XXIII PGRI Tahun 2024 di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Sabtu (2/3/2024).(Foto: Istimewa )

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar sekolah tidak menutupi kasus perundungan atau bullying yang terjadi.

Pernyataan itu disampaikan dalam sambutannya di Peresmian Pembukaan Kongres XXIII PGRI Tahun 2024 di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Sabtu (2/3/2024).

"Jangan sampai kasus bullying ditutup-tutupi, tapi diselesaikan," ujar Jokowi.

"Biasanya, kasus bullying ini ditutup-tutupi untuk melindungi nama baik sekolah. Saya kira yang baik adalah menyelesaikan dan memperbaiki," sambung dia.

Dalam kesempatan itu, Jokowi mengaku khawatir dengan kasus bullying yang terjadi belakangan ini.

Jokowi menegaskan bahwa sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi para siswa. Ia pun berharap para guru untuk menjadi ujung tombak menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan aman.

Jokowi mengimbau untuk mengutamakan pencegahan serta mengutamakan hak-hak anak, terutama korban.

Menanggapi hal ini, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi merespons pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal kasus perundungan atau bullying di sekolah akhir-akhir ini.

"Jadi kami semua sejak dulu, pernyataan saya itu jelas bahwa kita harus bebas dari perundungan. Perundungan kepada siswa, juga kepada guru," ujar Unifah.

Ia menanggapi pernyataan Jokowi yang meminta agar sekolah tidak menutupi kasus perundungan yang terjadi. Menurut Unifah, hal itu mestinya ditanyakan kepada kementerian terkait.

"Ya, ini sebaiknya ngomongnya sama kementerian lah. Kalau kita kan bisanya mengimbau secara moral. Betul, kan ya? Jadi kepada direktorat terkait, bagaimana ada mekanisme supaya lebih terbuka," kata Unifah.

Unifah menegaskan bahwa pihaknya berharap sekolah menjadi zona yang nyaman bagi semua pihak. Sebab, kata dia, hal itu adalah syarat bagi terjadinya proses pembelajaran yang baik.

Belakangan, kasus bullying di lembaga pendidikan tengah ramai diperbincangkan publik.

Terbaru, ada seorang siswa Binus School Serpong dilarikan ke rumah sakit lantaran diduga menjadi korban perundungan oleh seniornya sebagai syarat untuk masuk geng.

Polisi telah menetapkan empat orang tersangka dan delapan anak berkonflik dengan hukum (ABH) dalam kasus ini. Empat tersangka itu masing-masing berinisial E (18), R (18), J (18) dan G (19). Sedangkan untuk delapan ABH tak dibeberkan identitas.

Selain itu, ada pula kasus perundungan yang dialami oleh seorang santri Pesantren PPTQ Al Hanifiyyah, Mojo, Kabupaten Kediri, bernama Bintang Balqis Maulana (14).

Bintang menjadi korban kekerasan oleh teman sesama santri yang juga kakak kelas korban dalam menempuh pendidikan di pesantren PPTQ Al Hanifiyyah.

Di akhir hayatnya, Bintang sempat menghubungi orang tuanya agar segera dijemput. Bintang meninggal dunia sebelum sempat dijemput orang tuanya.

Awalnya, pihak pesantren dan pengantar jenazah mengatakan Bintang meninggal usai jatuh terpeleset di kamar mandi. Namun, keluarga curiga setelah melihat darah yang mengucur dari keranda jenazah. Ketika kain kafan dibuka, tampak luka dan lebam di sekujur tubuh korban.

Kasus ini tengah bergulir di tangan kepolisian. Polres Kediri Kota juga menetapkan empat tersangka dalam kematian Bintang. Mereka adalah MN (18) asal Sidoarjo, MA (18) asal Nganjuk, AK (17) dari Kota Surabaya dan AF (16) sepupu korban asal Denpasar.

Editor: Surya