Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Little Dragon
Oleh : Opini
Sabtu | 10-02-2024 | 08:20 WIB
DAHLAN-DISWAY-120.jpg Honda-Batam
Wartawan senior Indonesia Dahlan Iskan. (Foto: Net)

Oleh Dahlan Iskan

MULAI tadi malam kita berada di Tahun Naga –kalau Anda percaya pada kalender Tiongkok.

Kalau saja masih muda, saya ingin punya anak di Tahun Naga. Setidaknya bisa menyenangkan perdana menteri Singapura.

Jangankan saya, anak-anak saya pun sudah tidak bisa punya anak lagi: maka tahun apa pun tinggal dijalani saja sambil menghabiskan sisa hidup.

PM Singapura Lee Hsien Loong berharap banyak di Tahun Naga sekarang ini: "Semoga banyak lahir naga-naga kecil di Singapura," katanya. Ia berharap angka kelahiran di Tahun Naga meningkat.

Singapura memang memiliki problem kependudukan. Tiap tahun angka kelahiran menurun. Yang paling rendah di tahun 2022: 1,05. Angka di tahun lalu belum terbit tapi diperkirakan kembali menurun.

Tahun Naga memang dipercaya sebagai terbaik untuk melahirkan bayi. Orang yang lahir di Tahun Naga memiliki power dan keberuntungan. Imran Khan yang juga lahir di Tahun Naga jadi juara dunia kriket dari Pakistan. Lalu jadi perdana menteri. Bahwa kemudian dijatuhkan dan masuk penjara tentu bukan salah si Naga.

Deng Xiaoping juga lahir di Tahun Naga: 1904, 1916, 1928, 1940, 1952, 1964, 1976, 1988, 2000, 2012, 2024. Juga John Lennon, Martin Luther King, Bruce Lee, Rihana, Shakira, Vladimir Putin, Christian Dior, dan legenda sepak bola Pele.

Di Tahun Baru Imlek tadi malam keluarga Tionghoa berkumpul di rumah orang tua. Bagi yang sudah tidak punya orang tua mereka berkumpul di rumah kakak tertua. Bisa juga di rumah keluarga yang dituakan.

Mereka makan bersama. Makanannya khusus makanan Tahun Baru. Yang wajib: mie panjang umur.

Kini banyak juga yang berkumpulnya di restoran. Lebih praktis. Yang penting makan-makan.

Saya sendiri tadi malam di luar kota. Pagi-pagi ini saya balik ke Surabaya: untuk ber-sport dance di Rumah Gadang pukul 05.45.

Pengurus senam sudah memutuskan: semua harus pakai pakaian adat Tionghoa. Begitulah setiap tahun –di hari raya Imlek. Di antara 200 anggota grup sport dance, sekitar 15 orang yang Tionghoa.

Mayoritas anggota kami berjilbab namun hari ini ikut berpakaian adat Tionghoa plus jilbab.

Di Tahun Naga pagi ini pengurus menyediakan makanan istimewa. Yakni dari salah satu anggota senam yang Tionghoa. Menunya khusus: salad gaya Imlek Singapura dan mishua.

Maka, setelah senam, kami akan makan-makan. Di 10 meja. Tiap meja untuk 15 orang. Di tengah meja sudah siap salad berbagai sayur. Menggunung di satu piring besar. Mereka harus menaburkan sendiri pecahan kacang tanah di atas sayur. Lalu menuangkan sausnya.


Setelah itu semua harus memegang sumpit. Dengan sumpit itu mereka ramai-ramai mengaduk salad: agar sayur, kacang dan sausnya menyatu. Cara mengaduknya: semua menggunakan sumpit, mengambil sayur, mengangkatnya tinggi-tinggi untuk dijatuhkan ke piring lagi. Setengah berebut: siapa yang angkat sayur dengan sumpit yang paling tinggi. Berkali-kali. Sampai salad tercampur sempurna. Sebagian sayur pasti terlempar ke luar piring. Tidak apa-apa.

Saya beberapa kali merayakan Imlek di Singapura. Seperti itulah gayanya. Tidak saya temukan ketika merayakan Imlek di Tiongkok maupun di Taiwan.

Setelah makan salad ala Singapura itu barulah masing-masing makan mishua berkuah panas.*

Penulis adalah wartawan senior Indonesia