Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Derajat Kepuasan Kinerja Jokowi Sangat Tinggi 80,8 Persen Meski Terus Dikritik
Oleh : Redaksi
Senin | 05-02-2024 | 08:36 WIB
denny_ja.jpg Honda-Batam
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia Denny JA (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) belakangan terus menerus mendapat kritik jelang berakhir masa pemerintahan. Namun, meski terus menerus dikritik, derajat kepuasan publik terhadap Jokowi masih sangat tinggi, yakni 80,8 persen.

Demikian hasil kajian riset terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Minggu (4/2/2024).

"Kerasnya kritik atas Jokowi, tetapi tingkat kepuasan publik pada Jokowi masih sangat tinggi: 80,8%," ujar Denny JA dalam keterangan tertulisnya.

Denny memaparkan, pada awal Januari hingga akhir Januari 2024, kepuasan terhadap Jokowi di atas 80%. Pada awal Januari sebesar 81,9%, sekarang di survei akhir Januari stabil di atas 80%, tepatnya 80,8%.

"Sangat jarang sekali presiden untuk ukuran sejarah dunia sekali pun yang di tahun terakhir kekuasaannya mendapat approval rating 80%. Posisi ini membuat Jokowi sangat powerfull untuk memengaruhi opini publik," tuturnya.

Sebelumnya, Forum Rektor Indonesia menyerukan penyelenggaraan Pemilu 2024 yang aman dan damai. Forum rektor juga menolak segala bentuk provokasi yang dapat memecah belah Indonesia.

Forum Rektor menyampaikan 5 poin dalam deklarasi bersama di Makassar, pada Sabtu (3/2/2024). Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa yang membacakan deklarasi Forum Rektor menyatakan, pertama pihaknya mengajak segenap komponen bangsa untuk menyukseskan Pemilu 2024 yang aman dan damai.

"Kedua, menolak segala bentuk upaya provokasi yang dapat memecah belah persaudaraan serta tindakan yang mencederai pesta demokrasi. Ketiga, bersama-sama menangkal berita hoaks dan ujaran kebencian yang dapat mengganggu jalannya Pemilu 2024," ujar Prof Jompa.

Keempat, Forum Rektor Indonesia mengajak warga negara yang mempunyai hak pilih agar menggunakan hak pilihnya sesuai dengan hati nurani dan tidak golput serta menghargai perbedaan pilihan setiap orang.

"Kelima, kampus bukan tempat memecah belah. Sebaliknya kampus menjaga kondusivitas dan turut memberikan edukasi kepada komponen bangsa demi terciptanya pemilu yang jujur adil, aman dan damai," pungkas Prof Jompa.

Editor: Dardani