Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menkes Instruksikan Semua RS Vertikal Jadi Hub Kerja Sama ECHO
Oleh : Redaksi
Rabu | 20-12-2023 | 15:00 WIB
AR-BTD-5089-Menkes.jpg Honda-Batam
Kementerian Kesehatan menandatangani kesepakatan dengan University of New Mexico terkait dengan program Extensive Community Health Outcome (ECHO). (Ist)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kementerian Kesehatan menandatangani kesepakatan dengan University of New Mexico terkait dengan program Extensive Community Health Outcome (ECHO).

Proyek ini merupakan program pengembangan sumber daya tenaga kesehatan (nakes) dengan menggunakan plafotm telemonitoring dan pembelajaran jarak jauh/online berbasis web untuk berbagi praktik terbaik melalui kombinasi pembelajaran berbasis kasus dan praktik.

"Melalui program ini akan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan di berbagai bidang," Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Senin (18/12/2023), demikian dikutip laman Kemenkes.

Adapun program ECHO adalah bagian dari Transformasi Kesehatan mulai dari layanan primer sampai layanan rujukan. Disadari ketersediaan sarana dan prasarana layanan kesehatan perlu didukung sdm nakes yang handal dan kompeten.

Di Indonesia, proyek ECHO diawali di RS Kanker Dharmais yang bekerja sama dengan University of New Mexico sejak tahun 2020 melakukan telemonitoring ECHO. Pelibatan 8 rumah sakit pengampu regional layanan kanker untuk memanfaatkan program ini akan mempercepat pemerataan standar pelayanan kanker, khususnya untuk kanker payudara dan kelainan kanker.

Kanker payudara merupakan kanker dengan jumlah terbanyak. Data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus.

Selain itu, sekitar 60-70% pasien kanker payudara di Indonesia didiagnosis pada stadium lanjut (III dan IV). Hal ini mengakibatkan kualitas hidup penderitanya rendah dan beban pembiayaan yang kian besar.

"Pada level nasional, kerja sama diperluas mulai dari pendidikan, pengembangan layanan, hingga penelitian," kata Menkes Budi.

Pada level pendidikan, kerja sama dilakukan melalui pengembangan kurikulum dan program pelatihan berbasiskan model ECHO yang didukung dengan pertukaran keahlian dan para ahli dalam pengembangan modul serta pertukaran praktik terbaik dalam pengembangan layanan kesehatan.

Pada ranah layanan, kerja sama dilakukan melalui klinik teleECHO yang memberikan bimbingan virtual dan pembelajaran berbasis kasus bagi tenaga kesehatan untuk hasil layanan kesehatan terbaik. Selain itu, kerja sama ini akan memfasilitasi kolaborasi dalam pengembangan dan perbaikan layanan kesehatan menggunakan platform Project ECHO sehingga dapat mengurangi disparitas layanan kesehatan di berbagai daerah. Penggunaan platform juga bertujuan memanfaatkan teknologi untuk mengatasi sumber daya yang terbatas.

Pada ranah penelitian, kerja sama dilakukan melalui kolaborasi dalam menggunakan Model ECHO untuk mendorong pengembangan layanan skrining, diagnostik, dan terapi/pengobatan. Selain itu, kerja sama akan mendorong penyebarluasan pengetahuan melalui berbagai forum dan publikasi ilmiah. Serta berbagi praktik baik penerapan Model ECHO di Indonesia.

Harapannya, lanjut Menkes Budi, program ini akan dapat diimplementasikan secara nasional di seluruh rumah sakit pengampu Kanker, Jantung, Stroke, Uronefrologi (KJSU), dan seluruh rumah sakit vertikal di Indonesia.

"Ke depan, semua RS Pengampu Nasional KJSU dan seluruh RS Vertikal agar segera dikoordinasikan menjadi Hub Program Echo untuk melatih kompetensi yang dibutuhkan oleh para dokter di seluruh RS di 514 kabupaten/kota dan di 10.000 puskesmas," ujar Menkes Budi.

Program ECHO merupakan salah satu upaya memastikan penyediaan sdm nakes yang seiring dengan ketersedian peralatan kesehatan di fasyankes baik puskesmas maupun rumah sakit.

Editor: Gokli