Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Perusahaan di China Gunakan Teknologi AI untuk 'Hidupkan' Orang Mati
Oleh : Redaksi
Minggu | 17-12-2023 | 11:32 WIB
AR-BTD-5043-AI.jpg Honda-Batam
Teknologi AI. (Ist)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Siapa sangka kecerdasan buatan (AI) bisa digunakan untuk 'menghidupkan kembali' orang yang sudah meninggal dunia. Bahkan tren tersebut terbilang cukup populer di China.

Beberapa perusahaan di China mengklaim telah menciptakan ribuan 'manusia digital' hanya dengan mengandalkan materi audiovisual berdurasi 20 detik yang terkait dengan orang yang sudah meninggal.

Salah satunya adalah perusahaan AI bernama Super Brain. Pendiri Super Brain Zhang Zhewei bahkan mengatakan bisnis seperti ini sedang booming di China, bahkan mengalahkan Amerika Serikat.

"Di teknologi AI, China berada di kelas tertinggi di seluruh dunia," kata Zhang, seperti dikutip dari AFP, Minggu (17/12/2023).

"Dan ada banyak sekali orang di China, yang banyak di antaranya memiliki kebutuhan emosional, yang membuat kami unggul dari segi permintaan pasar," sambungnya.

Super Brain mematok biaya antara 10.000 sampai 20.000 Yuan (sekitar Rp 21 juta sampai 43 jutaan) untuk menciptakan avatar sederhana dalam waktu 20 hari.

Klien mereka beragam, mulai dari keluarga dari orang yang sudah meninggal sampai orang tua yang jarang menghabiskan waktu dengan anaknya.

Klien Super Brain bahkan bisa melakukan video call dengan salah satu staf yang wajah dan suaranya diubah secara digital meniru anggota keluarga yang sudah meninggal dunia.

"Versi digital seseorang (bisa) ada selamanya, bahkan setelah tubuh mereka tidak ada," ujar Zhang.

Salah satu warga China yang sudah memanfaatkan teknologi ini adalah Seakoo Wu dan istrinya yang baru saja kehilangan putra mereka satu-satunya bernama Xuanmo.

Wu mengumpulkan foto, video, dan rekaman audio putranya serta menghabiskan ribuan dolar untuk bekerjasama dengan perusahaan AI yang bisa mengkloning suara dan wajah Xuanmo.

Hasilnya saat ini masih belum sempurna, namun Wu berharap akan bisa mengintegrasikan database berisi informasi tentang putranya ke dalam algoritma cangih untuk menciptakan avatar yang bisa meniru pikiran dan gaya bicara putranya.

"Begitu kita bisa menyelaraskan realita dan metaverse, saya akan bisa bergabung dengan putra saya lagi," kata Wu.

"Saya bisa melatihnya... agar kalau dia melihat saya, dia tahu bahwa saya adalah ayahnya," sambungnya.

Sejumlah pakar mengatakan teknologi ini bisa memberikan rasa nyaman yang sangat dibutuhkan orang yang terpukul setelah kehilangan orang terdekat. Tapi ada juga yang menyebut teknologi ini mirip seperti salah satu episode serial antologi Black Mirror.

Tal Morse, peneliti tamu di Centre for Death and Society di University of Bath memperingatkan bahwa masih ada banyak hal yang harus diteliti untuk mengetahui efek psikologi dan etika dari kehadiran 'ghost bot'.

"Pertanyaan kuncinya adalah... seberapa 'loyal' hantu bot ini terhadap kepribadian yang dirancang untuk mereka tiru," kata Morse.

"Apa yang akan terjadi jika mereka melakukan sesuatu yang 'mencemari' memori dari orang yang seharusnya mereka wakili," sambungnya.

Bagi Zhang, semua teknologi baru termasuk AI yang digunakan untuk menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal merupakan pisau bermata dua. Ia mengatakan Super Brain tidak akan menerima klien yang berpotensi mengalami efek negatif.

"Selama kita membantu mereka yang membutuhkan, saya tidak melihat ada masalah," kata Zhang.

Editor: Dardani