Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Indonesia Kini di Mata Generasi Muda
Oleh : opini/si
Minggu | 16-09-2012 | 19:46 WIB

Oleh : Aripianto

SUNGGUH IRONIS
apa yang terjadi pada kebanyakan remaja generasi muda bangsa ini sekarang. Sangat sedikit sekali remaja sekarang yang menjadikan tokoh pahlawan perjuangan kemerdekaan sebagai figur idola


Sebuah survey yang di lakukan oleh LSM menyatakan bahwa begitu banyak remaja terutama yang berdomisili di kota-kota besar tidak ingat lagi nama-nama pahlawan perjuangan kemerdekaan bangsa ini.

Namun mereka hafal nama-nama personil Boyband dan Girlband Korea dengan fasih. Mereka juga tidak hafal dengan benar Pancasila, dasar negara kita ini, dalam menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya pun, masih banyak remaja Indonesia yang tidak hafal.

Mungkinkah satu-satunya yang mereka ingat tentang negeri ini hanyalah ; negeri ini bernama Indonesia? hal-hal lainnya tentang negeri ini tidak lagi mereka anggap penting. Benarkah ini akibat dari Globalisasi? saya rasa tidak sepenuhnya ini salah globalisasi, malahan seharusnya globalisasi menjadikan remaja bisa lebih menghargai negaranya dengan pesatnya perkembangan teknologi.

Lantas, apa yang salah dari semua itu? kalau untuk urusan mencari-cari kesalahan ini, orang Indonesia memang ahlinya, namun sayangnya untuk mengakui kesalahan sendiri, masih sangat sedikit orang Indonesia yang bisa melakukan itu. Mungkin karena itu pulalah banyak remaja Indonesia sekarang yang mencari-cari idola jauh-jauh ke Korea sana.

Kenapa remaja kita tidak tertarik dengan sejarah bangsanya sendiri? padahal sejarah republik Indonesia ini sebenarnya begitu unik, menarik dan punya banyak hikmah yang bisa di jadikan pelajaran?.Hal paling memungkinkan adalah pendidikan untuk menghargai dan mencintai sejarah dan bangsa sendiri itulah yang sudah tidak menarik lagi bagi kalangan remaja sekarang.

Maka disinlah peran, sistem pendidikan untuk sejarah kebangsaan maupun kecintaan terhadap bangsa ini perlu di tinjau kembali, karena akan sangat berbahaya apabila semua generasi muda bangsa sudah lupa dengan perjuangan bangsanya. Jangan sampai remaja saat ini mengingat bahwa sejarah Indonesia adalah negara yang heboh penuh dengan korupsi, manipulasi dan segala hal-hal negatif lainnya, karena itulah yang sekarang mereka saksikan tentang negara ini.

Untuk para pejabat pemerintahan, jangan sampai kebejatan dalam memimpin bangsa ini di teruskan dengan lebih bejat lagi oleh generasi muda saat ini. Karenanya, jangan biarkan dalam mindset remaja sekarang timbul pikiran mereka untuk melanjutkan korupsi generasi yang berkuasa .

Ingatkanlah pada generasi muda bangsa ini, bahwa walaupun sekarang negara ini penuh dengan kehebohan dan kekacauan di sana-sini, pada zamannya mereka menjadi pemerintah nanti, ubahlah kehebohan negeri ini menjadi ketenangan yang menentramkan. Remaja kita sekarang sebenarnya lebih open-minded daripada “generasi tua” yang memimpin negara saat ini.

Dengan langkah dan tekhnik yang tepat, remaja akan bertindak lebih kreatif dan inovativ untuk membangun negeri ini. Yang penting kembalikan dulu rasa cinta mereka pada Republik Indonesia ini. Ingatlah, jangan sampai generasi muda melanjutkan “kekacauan” generasi tua saat. cara yang paling baik untuk mengatasi masalah Generasi mudaremaja Indonesia yaitu dimulai dari diri kita sendiri. Kita harus sadar terlebih dahulu kemudian berusaha merubah sikap kita agar berkepribadian sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia.

Selanjutnya masyarakat Indonesia mampu menjalankan nilai-nilai pancasila dengan baik yaitu dengan meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan YME. Karena dengan ketakwaan dan keyakinan yang tingi masyarakat akan mempunyai rasa takut terhadap dosa sehingga akan enggan berbuat salah seperti korupsi, kolusi, penipuan, pencurian, pembunuhan, pelecehan seksual, dsb. Pasti tidak akan terjadi

Perubahan zaman, dinilai terus menggerus semangat juang generasi penerus bangsa. Karena itu, Dewan Harian Daerah Badan Pembudayaan Kejuangan Sumatera Selatan, Rasyid Syahri meminta agar para anak muda disuntikan motivasi. Rasyid menyebut, generasi muda merupakan agen perubahan yang harusnya berperan aktif dalam setiap kegiatan kemanusiaan. Namun, kenyataannya kini sudah menurun. 

Menanggapi keberadaan generasi muda sekarang ini di Palembang, Ahad (29/7) di Harian Republika Senin, 30 Juli 2012. Rasyid berpendapat, saat ini penerapan nilai juang bangsa Indonesia justru mengalami penurunan yang signifikan, terutama pada kalangan gerenasi penerus bangsa. Hal ini tercermin dengan maraknya berbagai keributan antar pemuda, bahkan kebanyakan mereka ingin bersenang-senang.

Pemuda sebaiknya lebih aktif berperan dalam menanggulangi permasalahan sosial yang terjadi di daerahnya masing-masing, seperti kemiskinan dan pengangguran. Sebab, pemerintah menyadari tak mampu mengatasinya tanpa partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat. Namun, bila watak dan perilaku kaum muda sudah melenceng, tentu nasib bangsa Indonesia pada masa depan akan diragukan.

Menurutnya, agar jiwa juang tersebut terbentuk, harus mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat mulai dari peran orang tua dan keluarga sebagai lingkungan terdekat kaum muda, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal termasuk peran pemerintah. Sayangnya, permasalahan tersebut harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.

Untuk meningkatkan upaya nilai juang tersebut, pihaknya rutin melaksanakan dan bimbingan khusus untuk memotivasi generasi muda. "Namun, kesemuanya itu harus dilakukan secara bersama sehingga bangsa semakin kuat...

Krisis Kebangsaan di Tubuh Generasi Muda
Generasi muda Itelah mengalami krisis kebangsaan.Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya generasi muda yang saat ini telah berprilaku tidak sesuai dengan butir-butir pancasila. Generasi muda Indonesia saat ini dihadapkan pada dua tantangan besar. Yakni semakin maraknya budaya asing yang masuk serta gejolak modernisasi di segala sektor yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya lokal.

"Budaya barat seperti boyband atau boygirl begitu melanda di kehidupan remaja kita. Begitu juga dengan free sex dan pornografi," ujar Ketua Pusat Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KBPII) Soetrisno Bachir, di sela pengukuhan pengurus wilayah KBPII di Jakarta, Ahad (15/7).

Menurut Soetrisno, tantangan-tantangan tersebut harus dihadapi secara arif dan bijaksana oleh segenap generasi muda Indonesia. Agar budaya-budaya asing yang masuk tak begitu saja terserap mentah-mentah melainkan dapat dipilah-pilah terlebih dulu. "Kita mengalami perjuangan melawan modernisasi dan pragmatisme yang ada di depan mata, dan bertentangan dengan nilai-nilai kita," ucap Soetrisno.

Maka dari itu sebaikya pemerintah mewajibkan para generasi penerus untuk mendapatkan program wajib belajar selain sekolah umum juga sekolah keagamaam seperti madrasah/pondok pesantren bagi yang muslim. Sehingga untuk meningkatkan ketakwaan agar tidak perprilaku menyimpang melalui program pendidikan agama dan untuk mendapatkan pendidikan mengenai cara hidup berkemajemukan dan keahlian melalui sekolah umum.

Secara otomatis apabila kita telah menanamkan kuat jati diri bangsa Indonesia pada diri kita melalui cara-cara diatas, kita akan mempunyai filter dengan sendirinya untuk memilih dan memilah pengaruh kebudayaan lain yang masuk ke negara kita. Yang baik kita pakai dan yang buruk dan tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia kita tinggalkan. Kemudian pengaruh kebudayaan lokal juga dapat kita saring melalui pendidikan kewarganegaraan di sekolah umum serta kita juga harus berusaha mengikis primordialisme yang berlebihan pada diri kita.

Agar supaya bangsa Indonesia itu kembali begitu saudara-saudara. Maka oleh karena itu, salah satu tugas yang saya pikul sekarang ini, dan tugas itu saya pikul bersama-sama dengan semua pemimpin-pemimpin, yaitu apa yang tadi dikatakan National Building dan Caracter Building" (Ir. Soekarno - Indonesia Founding Father)

Penulis Adalah Wakil Bidang Litbang dan Infokom Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota PekanbaruDan Mahasiswa PKn/FKIP/Universitas Riau