Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Indonesia Kawal Isu Potensial dan Kerjasama Antar Negara ASEAN
Oleh : Opini
Rabu | 06-09-2023 | 14:32 WIB
AR-BTD-3543-Asean.jpg Honda-Batam
Deretan bendera negara-negara ASEAN. (Foto: Ist)

Oleh Reenee W.A

INDONESIA menjadi tuan rumah digelarnya KTT ASEAN ke-43 yang berlangsung di Jakarta. Moment tersebut merupakan kesempatan emas membuktikan kemampuan Indonesia dalam mengawal isu-isu potensial dan diplomasi Kerjasama antar negara-negara ASEAN serta organisasi internasional.

KTT ke-43 ASEAN sendiri merupakan yang kedua dari dua KTT ASEAN di bawah Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023. Di KTT pertama pada Mei lalu, fokus bahasan para Pemimpin ASEAN adalah isu-isu internal ASEAN serta isu-isu penting di kawasan dan di luar kawasan. Sementara di KTT ke-43 di Jakarta, dihadiri oleh para Pemimpin ASEAN dan Pemimpin Negara Mitra ASEAN. KTT ASEAN ke-43 membahas perkembangan dan penguatan kerja sama ASEAN dengan mitra eksternal.

Dalam KTT ke-43 ASEAN menghasilkan sejumlah dokumen kesepakatan, sementara disela-sela KTT ASEAN juga berlangsung pertemuan-pertemuan bilateral antar delegasi negara peserta KTT. Presiden Indonesia RI Joko Widodo (Jokowi) bersama para pemimpin negera anggota ASEAN, berhasil menyepakati sejumlah perjanjian dan kerjasama bilateral.

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengatakan Keketuaan Indonesia di ASEAN pada 2023 akan memperkuat kolaborasi sesama anggota dan mitra dialog ASEAN. Dengan demikian, negara-negara di kawasan Asia Tenggara dapat menghadapi berbagai tantangan perekonomian global saat ini secara bersama.

ASEAN harus mendorong adanya sistem regulasi yang disepakati dan diakui antar sesama anggota dan mitra dialog ASEAN. Sistem regulasi yang dimaksud seperti yang tertuang dalam ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) yang mengutamakan empat pilar investasi yakni liberalisasi, perlindungan, promosi, dan fasilitasi.

Keempatnya akan membuat pencapaian perekonomian menjadi terintegrasi dan kohesif. Dampaknya, masyarakat dapat menikmati pemerataan pembangunan dan pertumbuhan inklusif. Dalam mengatasi hal itu, Sekretariat ASEAN dapat memberikan efisiensi yang lebih besar dan implementasi yang efektif dari kegiatan-kegiatan ASEAN dalam mendorong kerja sama regulasi untuk investasi ASEAN yang dapat berinvestasi.

Diketahui, ASEAN Investment Forum 2023, merupakan agenda tambahan dalam ASEAN Business and Investment Summit (ABIS) 2023 yang digelar pada 2--7 September 2023.

ABIS merupakan rangkaian dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) yang berlangsung dari 5--7 September 2023 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.

Untuk diketahui, pada rangkaian KTT ASEAN ke-43, Presiden Jokowi memimpin 12 pertemuan. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN merupakan pertemuan puncak antara pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Sebelumnya KTT ASEAN ke-42 telah sukses terselenggara di Labuan Bajo pada Mei 2023 lalu, dimana banyak kesepakatan dan solusi konkret yang tercipta demi satu tujuan, yakni kesejahteraan masyarakat di Kawasan Asia Tenggara maupun global.

ASEAN adalah organisasi geopolitik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, memajukan perdamaian dan kestabilan di tingkat regional, serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan cara yang damai.

Negara yang hadir total ada 22 negara yang hadir, ada 11 negara asean Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja, dan Timor Leste. Kemudian, ada sembilan negara yang mitra yang diundang diantaranya Republik Korea, India, Jepang, RRT, New Zealand, Kanada, Australia, Rusia, dan Amerika Serikat (AS).

Dengan tambahan dua negara lagi yakni, Bangladesh sebagai Ketua Indian Ocean Rim Association (IORA) dan Cooks Island sebagai Ketua Pacific Island Forum (PIF). Akan hadir pula organisasi internasional persatuan bangsa-bangsa (PBB), World Bank, International Monetary Fund (IMF), World Economic Forum, IORA, dan PIF.

Menurut Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Sidharto R Suryodipuro, Indonesia menjadi nahkoda utama dimana Presiden Joko Widodo memimpin 12. Dalam KTT ASEAN ke-43 juga mengundang IMF dan World Bank serta sejumlah organisasi dunia lain.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo pernah mengungkapkan keyakinannya bahwa ASEAN mampu menghadapi berbagai tantangan global saat ini. Untuk itu, dengan tegas dirinya mengajak Kepala Negara/Kepala Pemerintahan untuk sama-sama memperkuat persatuan negara negara ASEAN, sehingga ASEAN akan mampu menjadi pemain sentral dalam membawa perdamaian dan pertumbuhan.

Beragam kepentingan nasional terkandung dalam upaya diplomasi yang terus dilakukan Indonesia, apalagi keketuaan Indonesia di KTT ASEAN 2023 menjadi momentum untuk menunjukkan ketangguhan ekonomi Indonesia. Sehingga Indonesia layak untuk menjadi tujuan investasi asing.

Penyelenggaraan KTT ASEAN 2023 juga banyak mendorong perekonomian nasional di berbagai kota yang menjadi tempat penyelenggaraan side events. Indonesia juga selalu mengharapkan dan terus berupaya menciptakan kerja sama nyata di ASEAN di berbagai bidang, seperti di sektor pendidikan, energi, stabilitas keuangan, hingga pemberantasan perdagangan orang

Peran Indonesia dalam ASEAN terbukti sangat besar. Tidak hanya dalam bidang ekonomi, peran Indonesia dalam bidang keamanan juga sangat besar. Sebagai salah satu pendiri ASEAN, Indonesia juga mendapat kepercayaan untuk mengadakan beberapa kali Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Hal tersebut menjadi bukti nyata kepercayaan publik internasional terhadap kepemimpinan Indonesia.

Kepemimpinan Indonesia di ASEAN meletakkan fondasi yang kuat bagi visi jangka panjang ASEAN post-2025. Hal ini penting dilakukan untuk mempersiapkan ASEAN menghadapi tantangan jangka panjang. Maka kita berharap Asia Tenggara ini dapat terus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.*

Penulis adalah Senior Journalist and Economy Political Observer