Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

DAS di Kepri Alami Kerusakan Akibat Alih Fungsi Lahan, Sebabkan Penurunan Debit di Beberapa Sumber Air
Oleh : Irawan
Kamis | 24-08-2023 | 17:56 WIB
haripinto_tanuwidjaja_b2.jpg Honda-Batam
Anggota DPD RI Haripinto Tanuwidjaja, Senator asal Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). (Foto: Dok BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Daerah aliran sungai (DAS) di wilayah sungai (WS) di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), di pulau-pulau yang berpenghuni, relatif mengalami kerusakan akibat alih fungsi peruntukan lahan.

Hal tersebut terungkap dalam Laporan Pelaksanaan Reses Anggota DPD RI Masa Sidang V 2022-2023, Anggota DPD RI Haripinto Tanuwidjaja, Senator asal Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

"Hal ini telah mengakibatkan berkurangnya debit musim kemarau pada beberapa sumber air, antara lain Sungai Daik (Pulau Lingga), Sungai Gemuruh (Pulau Singkep), Air Terjun Temburun (Pulau Siantan), Embung Gunung Samak dan Gunung Lintang (Pulau Siantan), Mata Air Batu Tabir (Pulau Siantan), dan Bendung Tapau (Natuna)," ungkap Haripinto.

Menurut Haripinto, kerusakan DAS bukan saja mengakibatkan penurunan debit air, tetapi juga telah menyebabkan peningkatan laju pendangkalan waduk-waduk, seperti yang terjadi di Pulau Batam.

Sehingga kapasitas waduk yang ada saat ini rata-rata dibawah 80%. Prosentase lahan kritis di Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas.

Penyebab kerusakan DAS juga dapat berasal dari berbagai hal, yaitu penambangan, kebakaran hutan dan lahan, tanah longsor, dan alih fungsi peruntukan lahan.

"Pengalihan fungsi merupakan penyebab yang paling dominan, pada umumnya dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya, dari peruntukan pertanian menjadi hunian," katanya.

Akibatnya, daerah resapan menjadi berkurang, inilah yang menjadi penyebab menurunnya debit di musim kemarau pada beberapa sumber air, sekaligus meningkatkan potensi banjir di musim penghujan.

Data Sumber Daya Air

Sementara itu, terkait iklim di Provinsi Kepri, kata Haripinto, sangat dipengaruhi oleh kondisi angin dan secara umum beriklim laut tropis basah. Yakni terdapat musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh musim pancaroba.

Sementara Kota Batam sendiri tidak mempunyai sungai besar, yang ada hanya sungai kecil atau alur-alur yang berfungsi sebagai drainase alam untuk mengalirkan air kelaut.

Di Batam, sumber air baku berasal dari waduk ataupun waduk muara (estuary dam). Ada beberapa waduk yang telah dibangun untuk memenuhi kebutuhan air di Kota Batam misalnya:

1. Waduk Nongsa dengan volume air baku yang dapat ditampung sekitar 24.000 m3.
2. Waduk Sei Ladi dengan volume air baku 9.448.000 m3.
3. Waduk Mukakuning dibangun dapat menampung air baku hingga 13.147.000 m3
4. Waduk Duriangkang dapat menampung air baku hingga 78.560.000 m3
5. Waduk Sei Gong dengan kapasitas 11.8 juta meter kubik
6. Waduk Tembesi dengan volume 41.876.080 meter kubik
7. Waduk Rempang dengan volume 5.166.400 meter kubik

"Namun demikian, kondisi aliran air bersih yang saat ini dikelola oleh BP Batam dan PT Moya cenderung bermasalah, di mana alirannya sering putus hingga mengganggu aktifitas sehari-hari masyarakat Kota Batam," katanya.

Karana itu, ada berbagai protes oleh masyarakat melalui demonstrasi ke pemerintahan Kota Batam telah dilakukan, namun upaya tersebut belum mampu untuk mendesak pengelola untuk melakukan perbaikan pelayanan yang prima.

Masyarakat secara umum mengharapkan persoalan ini segera teratasi sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup masyarakat serta pengembangan investasi di Kota Batam.

"Pemerintah pusat serta seluruh pihak terkait diharapkan dapat melakukan komunikasi secara intens untuk mencari solusi atau jalan keluar agar persoalan air di Kota Batam dapat berjalan baik," tandasnya.

Editor: Surya