Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mengawal Bantuan Korban Kekeringan di Papua dari Ancaman KST
Oleh : Opini
Selasa | 01-08-2023 | 10:28 WIB
A-TERORIS-PAPUA4.jpg Honda-Batam
Ilustrasi teroris Papua. (Foto: Net)

Oleh Alvaro Hukubun

APARAT keamanan memastikan akan mengawal seluruh bantuan untuk para korban kekeringan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah meskipun ancaman KST Papua masih ada. Hal tersebut sama sekali tidak meredam bagaimana semangat yang dimiliki oleh seluruh jajaran aparat keamanan demi memastikan seluruh masyarakat Bumi Cenderawasih hidup dengan aman dan nyaman.

Seperti yang diketahui, beberapa daerah di Papua, khususnya Kabupaten Puncak, Papua Tengah mengalami bencana kekeringan dalam satu pekan terakhir. Kekeringan yang melanda Papua ini menyebabkan warga setempat turut mengalami beberapa penyakit bahkan dilaporkan ada enam orang yang meninggal dunia.

Pemerintah RI telah menyalurkan bantuan untuk warga setempat, namun memang akses disana dikatakan cukup sulit ditengah-tengah ancaman Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua yang masih berkeliaran. Sehingga membuat bantuan tidak bisa langsung menggunakan pesawat terbang, melainkan dijangkau dengan berjalan kaki dari Distrik Sinak menuju distrik yang lainnya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa potensi gangguan keamanan dari KST Papua itu memang ada faktor-faktor ancaman yang datang dari Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua pimpinan Egianus Kogoya, namun aparat keamanan akan memastikan bahwa mereka mengawal bantuan agar sampai ke para korban dan tidak ada bantuan yang diambil oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab.

Bantuan yang datang tersebut berupa bahan-bahan pokok yang didistribusikan ke Distrik Sinak sebagai posko utama, kemudian disalurkan ke Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume dengan berjalan kaki. Pasalnya, menurut Kapolda Papua Irjen Mathius Fakhri menyebutkan bahwa distrik tersebut tergolong rawan, karena keduanya merupakan perlintasan Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua. Oleh karenanya, agar tidak terjadi gangguan keamanan lebih lanjut, pengantaran bantuan disalurkan dengan berjalan kaki.

Sementara itu, menurut Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Kav Herman Taryaman, pemerintah daerah dan aparat keamanan setempat terpaksa meminta warga yang terdampak kekeringan untuk mengambil bantuan ke Sinak. Sebelumnya, Bupati Puncak, Willem Wandik menyatakan kekeringan tersebut telah memakan korban kelaparan hingga meninggal dunia. Korban-korban yang meninggal dunia diantaranya yakni Yenis Telenggen (38), Yemina Murib (42), Ater Tabuni (46), Tenus Murib (46), Tera Murib (39), dan bayi yang bernama Ila Telenggen.

Sebagai informasi, kekeringan yang melanda Papua ini dipicu oleh cuaca yang ekstrem dengan temperatur suhu rendah, bahkan tanpa hujan yang menerpa di Papua Tengah. Sehingga, kondisi tersebutlah yang membuat tanah-tanah di Papua kering sejak bulan Mei 2023 lalu.

Para petani ubi dan keladi mengalami gagal panen dan warga setempat akhirnya kurang pasokan makanan sampai kelaparan. Mereka terpaksa mengonsumsi tanaman umbi-umbian yang telah busuk akibat gagal panen, akibatnya lagi mereka terkena penyakit-penyakit seperti diare, panas dalam, sariawan, dan sakit kepala.

Sebenarnya, sesaat setelah terjadi musibah bencana kekeringan yang melanda warga masyarakat di Kabupaten Puncak Papua itu, Pemerintah Republik Indonesia (RI) juga langsung bergerak dengan sangat cepat tanggap. Melalui Kementerian Sosial (Kemensos RI) dan TNI, penyaluran bantuan berupa bahan makanan langsung dilakukan ke lokasi bencana.

Akan tetapi memang karena serangkaian ulah dan tindak keji yang terus dilakukan oleh gerombolan separatis Papua itu, membuat eksekusi dari penyaluran bantuan menjadi sempat terhambat karena menimbang adanya faktor keamanan. Sampai saat ini bantuan dikirimkan hingga ke Dstrik Sinak.

Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D Fakhiri mengungkapkan bahwa terdapat dua distrik di Bumi Cenderawasih yang menjadi titik sangat rawan karena disana biasanya memang tergolong masuk ke dalam wilayah perlintasan KST Papua biasanya di tiga kabupaten, yakni di Puncak, Puncak Jaya serta Lanny Jaya.

Tentunya dengan mengetahui kondisi titik lokasi yang sangat rawan tersebut, kemudian pihak Kepolisian sangat menginginkan agar supaya proses pengantaran bantuan kepada para korban bencana kekeringan tidak sampai terganggu akan proses keamanannya yang justru mampu menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

Terlebih, bahwa untuk bisa mencapai ke titik lokasi itu hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki saja atau menggunakan pesawat kecil. Namun pihak aparat keamanan berkomitmen
Penuh untuk memberikan bantuan dan bisa memastikan seluruh penyaluran kepada korban kekeringan berjalan dengan lancar. Solusi yang ditawarkan adalah dengan melakukan mobilisasi masyarakat untuk datang ke Sinak.

Penjagaan keamanan juga tentunya pasti akan sangat diperketat agar masyarakat yang mengambil bahan bantuan dari Pemerintah RI tersebut tidak terganggu oleh keberadaan dan ulah dari KST Papua sehingga mereka pun bisa mendapatkan hak mereka dengan maksimal.

Meski terdapat ancaman yang sangat serius dari pihak KST Papua, namun kerja keras dari seluruh jajaran aparat keamanan personel gabungan patut untuk mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi karena sama sekali tidak mengenal lelah untuk bisa menyalurkan seluruh bantuan bagi warga masyarakat terdampak korban bencana kekeringan di Kabupaten Puncak.*

Penulis adalah Mahasiswa Papua bermestautin di Jakarta