Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kasus Serangan Siber BSI Jadi Pelajaran Mahal bagi Sistem IT Perbankan
Oleh : Irawan
Rabu | 17-05-2023 | 08:36 WIB
misbakhun_oke_b.jpg Honda-Batam
Anggota Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Terganggunya layanan Bank Syariah Indonesia (BSI) beberapa waktu lalu disinyalir merupakan dampak dari serangan siber berupa ransomware yang dilakukan sekelompok peretas yang menamai dirinya LockBit Ransomware Group.

Anggota Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun menyebut kejadian ini menjadi pelajaran yang sangat mahal bagi dunia perbankan Tanah Air untuk mulai memberikan perhatian lebih pada pengamanan sistem yang digunakan.

"Ini menjadi cobaan sekaligus tantangan juga proses pembelajaran bagi dunia perbankan di Indonesia. (Yaitu) bagaimana membangun sistem IT (information technology), membangun digitalisasi dan di sana ada aspek yang selama ini sangat penting yaitu security. Inilah yang menurut saya menjadi tantangan ke depan dan harus menjadi pembelajaran pembelajaran yang sangat mahal," ujar Misbakhun, Selasa (16/5/2023).

Menurut dia, aspek pengamanan dan keamanan data menjadi hal yang sangat penting. Menurutnya, meski mampu memiliki basis data dan sistem IT yang canggih namun apabila tidak bisa mengamankan sistem yang digunakan, maka akan memberi celah pada timbulnya masalah baru. Misbakhun pun menyinggung adanya permintaan tebusan untuk membuka file-file yang dicuri dan terkunci.

"Saya dengar juga berkaitan dengan urusan peras-memeras. Bagaimana para hacker itu berusaha memeras dengan jumlah uang yang sangat besar dan itu tidak ada di dalam protokol penanganan krisis. Nah ini kan juga harus dibuat nanti ke depan bagaimana cara mengamankannya," kata legislator Dapil Jawa Timur II itu.

Dilansir dari berbagai sumber, Ransomware merupakan jenis malware atau perangkat lunak berbahaya, yang membuat data atau perangkat korbannya terkunci. Untuk membuka dan mengembalikan data yang 'tertawan' biasanya para peretas meminta sejumlah tebusan seperti yang terjadi pada kasus BSI ini.

Seperti diketahui, Komisaris Independen PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk. atau BSI Komaruddin Hidayat mengonfirmasi adanya serangan siber sistem bank tersebut. Serangan ini membuat mobile banking BSI error sejak Senin (28/5/2023).

Komaruddin Hidayat mengatakan BSI tengah mempertimbangkan adanya kompensasi sebagai ganti rugi kepada para nasabah. "Kami memang tengah pikirkan kompensasi," kata Komaruddin Hidayat, Sabtu (13/5/2023).

Namun, Komaruddin Hidayat masih belum mau membeberkan lebih lanjut tentang pemberian kompensasi ini. Ia mengatakan pemberian ganti rugi kepada nasabah masih dalam pembahasan dengan pihak terkait.

Ihwal serangan ransomware yang terhadap sistem IT BSI, ia mengatakan memang ada sabotase terhadap bank syariah terbesar di Indonesia tersebut. Kendati demikian, menurutnya, manajemen sudah menurunkan tim ahli untuk menyelesaikan masalah ini.

Tim ahli yang diturunkan, kata Komaruddin Hidayat, paling banyak berasal dari Bank Mandiri mengingat bank tersebut merupakan pemegang saham terbesar.

Tim ahli juga akan memperkuat sistem layanan BSI agar data nasabah, karyawan, dan mitra tidak terkena serangan peretas.

Meski hingga kini masih banyak nasabah yang belum bisa melakukan transaksi di mobile banking BSI, Komaruddin Hidayat mengatakan seluruh layanan saat ini sudah mengalami recovery. Namun, ia menilai proses pemulihan layanan perbankan di BSI masih dilakukan secara bertahap.

Editor: Surya