Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jelang Pemilu 2024, LKSP Ungkap Parpol Paling Disenangi Tapi Paling Korup
Oleh : Aldy
Kamis | 13-04-2023 | 13:29 WIB
survei_2_parpol-korup-020213.jpg Honda-Batam
Pemaparan dan diskusi hasil survei LKSP dengan tema 'Survei Politik dan Korelasinya dengan Pembangunan Demokrasi di Kepulauan Riau' jelang Pemilu 2024 di Hotel PIH Batam Center, Kota Batam, Selasa (11/4/2023). (Foto: Aldy)

BATAMTODAY.COM, Batam - Lembaga Survei Lingkar Kajian Strategis dan Pembangunan (LKSP) mempublikasikan elektabilitas sejumlah partai politik yang akan bertarung pada pesta demokrasi 2024 mendatang.

Melalui pemaparan dan diskusi hasil survei dengan tema 'Survey Politik dan Korelasinya dengan Pembangunan Demokrasi di Kepulauan Riau', LKSP merilis hasil survei terkait elektabilitas partai politik peserta pemilu 2024.

Dalam surveinya, LKSP ini juga mengungkap pendapat dari para responden yang juga mengaku kaget saat Parpol yang disukainya, ternyata juga memegang rekor dengan anggotanya yang tersadung kasus korupsi dengan jumlah lebih banyak dari parpol lain.

Dimoderatori Raden Dwi Wahyu SH dan puluhan wartawan media cetak, elektronik dan online Kota Batam, acara diskusi yang diselenggarakan di Hotel PIH, menghadirkan Direktur LKSP, Andika Rachman; Direktur Eksekutif Retas Institute, Dr Sigit Pramono dan Prianto Rabbani selaku Wakil Ketua ICMI Kota Batam. Di mana dua nama terakhir tampil membahas dan mengkritisi hasil survei tersebut.

Begitu juga adanya partai politik (Parpol) yang sangat disenangi oleh pemilih atau masyarakat meski kemudian parpol itu juga masuk dalam katergori parpol paling korup. Hal ini terungkap dari survei yang dilakukan Lembaga Survei Lingkar Kajian Strategis dan Pembangunan (LKSP).

"PDIP dengan 25,8 persen yang berada di puncak urutan teratas yang disenangi masyarakat. Namun, partai ini juga memuncaki kasus korupsi," ujar Direktur LKSP, Andika Rachman, saat acara diskusi dan buka bersama dengan awak media, di Hotel PIH, Batam Center, Selasa (11/4/2023).

Lanjut Andika Rachman, elektabilitas Partai Politik jelang Pemilu 2024 mendatang mengalami fluktuasi yang berbeda beda. Kondisi pergeseran urutan Parpol yang punya elektabilitas tinggi hingga menjadi Parpol dengan elektabilitas yang mengalami penurunan menjadi fenomena yang patut dicermati.

Disebutkannya, survei dilakukan kepada sebanyak 1.350 orang responden. Pengambilan sample dilakukan pada 15 - 29 Januari 2023. Analisa data dilakukan pada 3 - 5 Februari 2023 dan telah dilakukan diskusi oleh para pakar pada 13 Maret 2023. Wawancara dilakukan dengan kuisioner terstruktur dengan teknik face to face interview.

Para responden ini berada di 34 provinsi menjadi responden dari survei politik dilakukan oleh LKSP. Para responden berasal dari 80 daerah pemilihan pusat dan 124 kabupaten/kota.

Hal pertama yang diungkapkan dalam survei yaitu soal elektabilitas partai politik. Di sini, memunculkan PDIP yang masih berada di urutan teratas mengungguli partai politik lainnya.

"PDIP berada di atas 19,8 persen, yang diikuti PKS 9,3 persen, Golkar 8,7 persen, dan Gerinda 8,2 persen. Sementara PKB 4,8 persen, Nasdem 5,6 persen, Demokrat 4,5 persen, PPP 2,7 persen, PAN 1,1 persen dan parpol lainnya dibawah 0,7 persen," jelasnya.

Terkait elektabilitas ini, Andika Rachman memaparkan, hal menarik dalam survei elektabilitas tersebut, PKS mengalahkan Golkar dan Gerindra, dari 1.350 responden. Berikutnya, akseptabiltas (partai yang disukai) dari 1.350 responden masih diduduki oleh PDIP dengan 25,8 persen yang berada di puncak urutan teratas. Sedangkan di posisi kedua ditempati Golkar dengan 16,7 persen dan di tempat ketiga Gerindra 12,7 persen.

Sementara itu, ketika responden ditanya partai politik apa yang paling Anda ingat? Hasilnya adalah Partai PDIP dengan jumlah responden mencapai 29,6 persen. Kemudian diikuti Partai Golkar, Gerindra, PKS dan PKB.

Andika Rachman melanjutkan, dilihat dari Citra Partai Politik, meski memiliki elektabilitas tinggi, ternyata PDIP masuk dalam partai yang paling korup. PDIP memiliki elektabilitas tinggi sebanyak 19,8 persen.

"Namun data survei menyatakan PDIP juga mendapat beban citra sebagai partai paling korup 20,5 persen, diikuti Demokrat yakni 9,9 persen, Golkar 8,6 persen dan Gerindra 2,3 persen," papar Andika Rachman.

"Meski dapat citra buruk soal korupsi, ternyata PDIP dipersepsi sebagai partai yang membela rakyat. Hal ini terlihat dari jumlah responden yang mencapai 23.5 persen. Diposisi kedua Golkar, dengan 16,9 persen, PKS 15,9 persen, dan ketiga Gerindra 13,0 persen," sambungnya Andika.

Lebih lanjut, selain sebagai partai yang membela rakyat, PDIP juga mendapatkan respon yang baik dalam partai yang paling konsisten bersikap. PDIP menorehkan 15,7 persen di urutan pertama disusul PKS 14,4 persen dan diurutan ke tiga Golkar 9,4 persen.

Hasil survei berikutnya terkait citra partai politik paling nasionalis, yang ditempati PDIP 24,6 persen, disusul Golkar 17 persen dan Gerindera sebesar 16,7 persen.

Fenomena lainnya, masih kata Andika, citra parpol pembela agama atau relijius dengan hasil survey yaitu ditempati PKS. "Citra parpol relijius ditempati PKS 26,4 persen disusul PKB 17,9 persen dan disusul PPP 16,4 persen," jelas Andika Rachman.

Hasil Survei berikutnya terkait citra parpol millenial atau pemuda. Kali ini kembali peringkat teratas ditempati PDI Perjuangan. "PDIP masuk jajaran partai yang disukai kaum muda 14,1 persen disusul PKS 11,6 persen diikuti Gerindera, Golkar dan Demokrat," ulas Andi lagi.

Ditambahkan Andi, Citra Parpol Pembela Perempuan dan Citra Parpol Pembela Rakyat lagi-lagi diduduki oleh PDIP di peringkat pertama.

Pemilih Alami Pergeseran Dukungan dari 2019 di 2023

Dari hasil survei yang dilakukan LKSP juga menunjukkan terjadinya pergeseran pemilih. Andika menggambarkan dalam tabel bahwa mayoritas partai mengalami penurunan dukungan antara 2019 dan 2023.

"PDIP turun 7,9 persen, Gerindera turun 6,1 persen dan Golkar mengalami penurunan 3,6 persen. Sedangkan Parpol yang mengalami dukungan yaitu PKS dan Nasdem," terang Andika.

Pergeseran pemilih, menurut Andika, dipengaruhi beberapa faktor dimana dari 1.350 responden, sebanyak 152 responden mengalami pergeseran pilihan parpol. "Alasan responden dalam menentukan pilihan parpol baru yaitu pilihan parpol sejak dulu, pimpinan parpol, kegiatan parpol, aktivitas kader dan juga bantuan partai," terang Andika lagi.

Menariknya, responden juga menyampaikan alasan tersendiri mengapa meninggalkan parpol pilihan di 2019. "Alasannya meninggalkan parpol di 2019 pertama tidak serius memperjuangkan rakyat 32,9 persen. Kiprah anggota dewan tidak terlihat 30,9 persen, tidak perduli pada rakyat 25,7 persen dan terakhir anggota/pejabat partai banyak terlibat korupsi," jelas Andika Rachman.

Terkait parpol oposisi, Andika Rachman menyebutkan, dari survei yang dilakukan ada tiga parpol yang mencuat namanya sebagai parpol oposisi. "Parpol oposisi pertama PKS 20 persen kedua Demokrat 13,2 persen dan terakhir PDI-P 7,4 persen yang sesekali berbeda pandangan dengan pemerintahan Jokowi," pungkas Andika Rachman.

Editor: Gokli