Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Energi Surya dengan Harga Terjangkau
Oleh : dd/hc
Senin | 27-08-2012 | 08:24 WIB

BATAM, batamtoday - Teknologi energi surya akan lebih murah pada masa datang dengan bantuan teknologi gelombang mikro.


Hal ini terungkap dari hasil penelitian Oregon State University (OSU) yang dirilis Jum’at (24/8/2012) lalu.

Teknologi gelombang mikro – yang sama dengan teknologi pada alat pemanggang makanan (microwave oven) – ini diharapkan mampu memroduksi selaput (film) photovoltaic baru dengan energi, biaya dan dampak terhadap lingkungan yang lebih rendah.

Para ilmuwan di Oregon State University untuk pertama kalinya berhasil mengembangkan cara menggunakan pola pemanasan microwave guna memroduksi “copper zinc tin sulfide”, unsur baru dalam sel surya yang lebih aman dan lebih murah dibanding teknologi lain.

Penemuan ini telah diterbitkan dalam jurnal Physica Status Solidi A.

“Semua elemen yang digunakan dalam bahan baru ini memiliki performa yang baik dan lebih murah,” ujar Greg Herman, dosen dan peneliti di Jurusan Kimia, Biologi dan Lingkungan OSU. “Sejumlah perusahaan sudah mulai menggunakan teknologi ini terutama saat harga bahan baku sel surya yang mengandung elemen seperti ‘indium’ naik,” ujarnya. “Dengan efisiensi yang semakin besar, bahan baru ini tentu akan semakin menarik secara komersial.”

Teknologi selaput photovoltaic baru ini mampu menciptakan sel surya yang lebih murah dengan kapasitas manufaktur yang lebih tinggi. Caranya adalah dengan mengubah “copper zinc tin sulfide” menjadi “tinta” (ink) yang berisi partikel-partikel nano, yang bisa digulung atau disemprotkan – menyerupai tinta pada printer – guna menciptakan sel-sel surya baru.

Untuk lebih memermudah proses pembuatannya, para peneliti menggunakan pola pemanasan gelombang mikro, menggantikan pola pemanasan biasa, guna memercepat dan memermudah proses produksi. “Teknologi gelombang mikro memungkinkan kontrol atas panas dan energi yang lebih akurat,” ujar Herman sebagaimana dikutip dalam siaran pers OSU.

Penelitian ini didanai oleh Sharp Laboratories of America, Oregon Nanoscience and Microtechnologies Institute, dan Oregon Process Innovation Center for Sustainable Solar Cell Manufacturing.