Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Babat Sapi Kembali Jadi Tren Kuliner di Inggris
Oleh : dd/dtf
Sabtu | 25-08-2012 | 11:54 WIB

LONDON, batamtoday - Menyantap jeroan sapi seperti hati, limpa, dan paru sapi sudah jadi hal biasa di Indonesia. Berbeda dengan sebagian masyarakat mancanegara yang menganggapnya makanan menjijikkan. Meski demikian, babat kini mulai jadi tren kuliner di Inggris.


Babat berasal dari lambung sapi. Kita biasa menyantap daging ini dalam hidangan soto, nasi goreng babat, babat goreng, dan babat gongso dari Semarang. Saat mentah, warnanya hitam dan berbau amis. Bagian luarnya berpori-pori seperti batu karang atau sarang lebah.

Di Inggris, makanan ini pernah populer pada zaman Victoria atau sekitar tahun 1800-1900. Sayangnya, ketenaran lambung sapi tersebut surut pada Perang Dunia II, di mana babat dianggap sebagai makanan murahan.

Kemakmuran warga Inggris yang meningkat pasca Perang Dunia II mengurangi ketertarikan pada makanan pokok ini. Konsumennya menurun drastis, begitu juga dengan tukang daging yang ahli membersihkan babat. Akhirnya, babat berakhir sebagai makanan anjing.

Namun, kini babat mulai dipandang lagi sebagai makanan lezat. Celebrity chef seperti Gordon Ramsay membantu mempopulerkan bahan pangan dari seluruh bagian hewan, termasuk babat. Chef Ramsay memasukkan lambung sapi ini ke menu reguler di restorannya dan menunjukkan cara memasaknya dengan bumbu Thailand, lemon, atau parsley sehingga rasanya lebih enak.

Andrew Holt dari salah satu perusahaan pemasok daging di Inggris mengungkapkan bahwa permintaan akan babat tidak pernah setinggi saat ini. Iapun telah menandatangani kontrak untuk mengirim babat ke seluruh Inggris melalui supermarket Morrison's, Booth's, dan tukang daging eceran.

"Penjualannya cukup baik di seluruh Inggris," ujarnya, seperti dikutip dari Daily Mail. Menurutnya, tren ini disebabkan oleh tingginya ketertarikan pada penggunaan bagian tubuh hewan semaksimal mungkin untuk makanan, seperti tunjang, kaki babi, dan buntut sapi.

Penggemar babat lebih banyak dari kalangan tua. Oleh karena itu, Tripe Marketing Board atau dewan pemasaran babat berusaha mempromosikan lambung sapi ini melalui media sosial untuk menarik generasi muda. "Kami telah berinvestasi banyak untuk strategi komunikasi lewat Facebook dan Youtube agar pesan kami tersampaikan," kata Sir Norman Wrassle, ketua Tripe Marketing Board.