Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Membangun Solidaritas untuk Pendidikan Anies Baswedan dan Gebu Karo
Oleh : redaksi/opini
Kamis | 23-08-2012 | 13:04 WIB

Oleh: Supriadi Purba


Tergugah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, Anies mendirikan gerakan pendidikan baru yaitu INDONESIA MENGAJAR. Sebuah program yang merekrut anak-anak muda terbaik lulusan perguruan tinggi di Indonesia untuk mengabdi sebagai guru di sekolah-sekolah dasar yang ada di pelosok Indonesia. Lewat program INDONESIA MENGAJAR, Anies Baswedan mengajak para pemimpin muda Indonesia yang telah selesai berkiprah di kampus, untuk terjun ke desa-desa di pelosok negeri yang tanpa listrik, tanpa sinyal telepon. Menyebarkan harapan, memberikan inspirasi, dan mengantungkan mimpi bagi anak-anak negeri lewat kehadiran para lulusan terbaik universitas ternama. 


Anies Baswedan. Pria kelahiran 7 Mei 1969 dikenal sebagai tokoh intelektual muda Indonesia yang namanya sudah mendunia dan berwawasan global. Doktor ilmu politik dari Northern Illinois University, AS, ini lahir dari keluarga pendidik yang menyimpan tekad untuk turut membangun bangsa melalui jalur pendidikan, di antaranya dengan mengantarkan Paramadina menjadi universitas kelas dunia.

Hal terpenting adalah memberikan pendidikan berkualitas kepada setiap orang Indonesia, baik kaya dan miskin, kota dan desa, agama apapun, suku apapun, semua wilayah provinsi tanpa terkecuali. Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa SDA bukanlah kekayaan utama Indonesia. Kekayaan bangsa Indonesia adalah "manusia" Indonesia. Jika kita manusia Indonesia terdidik, tercerdaskan dan tercerahkan maka kita akan sejahtera, dan mendominasi dunia.

Gerakan Indonesia Mengajar tersebut telah masuk ke pelosok-pelosok tanah air dengan solidaritas tinggi dari orang-orang Indonesia yang memiliki kepentingan akan Indonesia lebih baik. Sebuah gerakan yang menginspirasi, mampu memberikan sebuah pelajaran bagi banyak orang lewat orang-orang yang terpanggil untuk berpartisipasi. Langkah ini tentu harus dicontoh oleh orang-orang yang memiliki kerinduan untuk membangun bangsa dan negara. Karena ternyata harus ada sebuah gerakan yang mampu menginspirasi orang agar tercapai apa yang disebut dengan cita-cita pendiri bangsa ini. 

Anies Baswedan dalam beberapa kali kesempatan telah mengajak semua orang untuk manjadi pelopor bagi perubahan. Indonesia Mengajar hanya satu dari banyak gerakan yang siap dan sudah matang, tinggal bagaimana sekarang menseriusi dengan sepenuh hati untuk kemudian mambawa perubahan atas dasar keiklasan dan partisipasi tinggi.

Anes pada sebuah kesempatan mengatakan demikian, "Keinginan saya tentang pekerjaan itu simpel. Pekerjaan yang saya lakukan harus memenuhi 3 kriteria: pertama, memungkinkan untuk saya tumbuh secara intelektual; kedua, memungkinkan untuk saya mandiri secara ekonomi dalam menjalankan kewajiban sebagai kepala keluarga; ketiga, memungkinkan untuk saya memainkan peran di masyarakat. Indonesia adalah tanah air saya, disini darah ibu tumpah saat saya dilahirkan dan disini saya akan berjuang bersama dengan anak-anak muda republik ini untuk melunasi janji kemerdekaan. Saya yakin dengan world class competence dan grass root understanding kita bisa mendorong kemajuan." (http://www.djarumbeasiswaplus.org). 

Bangunan Indonesia Mengajar sudah ada, bangunan itu sudah dipoles dan dijamah oleh orang-orang yang terpanggil untuk membangun. Tentu hasilnya akan maksimal, dan sudah terlihat bagaimana para sarjana-sarjana memainkan perannya di tempatnya mengajar masing-masing. Berkreasi dengan prinsip dasar ke-Indonesiaan, ada yang tinggal di Papua, NTT, Bangka Belitung yang sudah identik dengan nama daerah Laskar Pelangi dan daerah lainnya. Gerakan ini harus menginspirasi kita, membangun tatanan yang ada dan menyalurkan bakat dan kemampuan kita untuk membangun. Walau itu kecil tetapi ingat kecil itu juga indah (Small Is Beauty).

Gerakan "Pendidikan" Oleh Gebu Karo 

Sebagai seorang yang pernah aktif di sebuah organisasi mahasiswa, yakni Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), saya selalu mencoba untuk memahami arti sebuah gerakan. Gerakan itu di dalamnya ada kata tindakan, suatu tindakan yang akan mengubah masyarakat Karo pada khususnya. Selanjutnya ada kata pelopor yang akan dilakukan terhadap sebuah gerakan perubahan itu sendiri. Selanjutnya  lagi adalah gerakan itu jadilah menjadi pusat informasi, tempat latihan dari mereka yang bersedia bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan masyarakat Karo. Kemudian gerakan itu harus mampu menjadi pelopor persekutuan di dalamnya akhirnya akan berguna tidak hanya bagi Karo tetapi juga bagi Tanah Air Indonesia (terinspirasi dari pikiran Johannes Laimena, Pahlawan Nasional, Mutiara dari timur). 

Gebu Karo lahir tentu untuk itu, gerakan yang di dalamnya ada tindakan, pelopor pembaharu serta gerakan itu akan menjadi pusat latihan atau menjadi sumber informasi bagi masyarakat Karo pada khususnya. Gerakan itu akan semakin bersinar lagi ada persekutuan di dalamnya, terjalin sebuah hubungan yang baik antar masyarakat yang terlibat dan dengan seluruh stake holder yang ada. Juga tentu dengan pemerintahan yang ada seperti pemerintahan Kabupaten Karo, Langkat, Deliserdang, Dairi, Pak-pak Barat, Simalungun dan lainnya. 

Sementara berjalan dengan roda yang sudah ada, pengimplemasian visi dan misi tentu tidak susah lagi. Apalagi sudah ada semua sumber aturan yang mengikat dan tentunya sebuah keputusan bersama yang sudah menjadi ukuran dalam oraganisasi Gebu Karo ini. Jelas maka pembangunan masyarakat terkhusus dalam hal pendidikan sudah sangat mudah, membangun partisipasi masyarakat di semua sektor baik di Karo maupun di luar kari bahkan yang sudah ada di luar negeri. Organisasi ini nantinya juga akan lebih produktif jikalau terbangun sel-sel yang akan menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya atau masyarakat dengan masyarakat yang lain. 

Jadi ketika Anies Baswedan berhasil membangun "Gerakan Indonesia Mengajar", Gebu Karo juga sebagai sebuah "gerakan pendidkan" bersama masyarakat yang baru terbangun, tentu masyarakat akan terprovokasi untuk lebih maju. Akhirnya jadilah cita-cita dan gagasan yang sudah dirancang sebagai sebuah mimpi untuk pembanguan masyarakat. Hendaknya terus menggelorakan semangat untuk membangun bangsa ini, dari Karo untuk Indonesia, Gebu Karo untuk Indonesia.

Penulis adalah pemerhati pendidikan dan saat ini berdomisili di Medan