Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Hasil Studi, Butuh 110 Juta Kendaraan Listrik demi Bebas Emisi 2050
Oleh : Redaksi
Sabtu | 18-02-2023 | 19:05 WIB
mobil-listrik121.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Institute for Essential Services Reform (IESR) menyebutkan mesti ada 110 juta kendaraan pada 2030 agar Indonesia bisa mencapai target bebas emisi di 2050.

Pemerintah telah memasukkan penggunaan kendaraan listrik sebagai salah satu rencana aksi mitigasi yang termuat dalam Nationally Determined Contribution (NDC).

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menilai target yang ditetapkan masih belum sejalan dengan Persetujuan Paris untuk membatasi kenaikan temperatur bumi 1,5 derajat Celcius pada 2050.

"Menurut studi IESR untuk mencapai bebas emisi pada 2050, jumlah kendaraan roda dua dan roda empat listrik harus mencapai 110 juta unit di 2030," kata Fabby melalui keterangan tertulis, Sabtu (18/2/2023).

Ia menilai untuk mencapai target itu perlu upaya akselerasi dukungan kebijakan fiskal dan non fiskal.

Sedangkan langkah pemerintah mendorong penggunaan kendaraan listrik, pada saat yang sama sejumlah kebijakan masih pro energi fossil. Misalnya kebijakan tetap mensubsidi bahan bakar minyak (BBM) dan memperpanjang penjualan bahan bakar dengan standar Euro II.

"Berbagai kebijakan ini membuat daya tarik konsumen mengakuisisi kendaraan listrik menurun dan juga keuntungan dari nilai penghematan biaya bahan bakar menjadi berkurang," tuturnya.

Padahal selama ini sektor transportasi menjadi salah satu sumber polusi dan penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK). Dari 600 MtCO2-eq emisi GRK Indonesia di sektor energi pada 2021, 23 persen berasal dari sektor transportasi.

Sementara, angkutan darat menjadi penyumbang terbesar emisi GRK di sektor transportasi dengan pangsa lebih dari 90 persen.

"Emisi dari sektor transportasi diperkirakan akan terus meningkat hingga 53 persen pada 2030 dibandingkan 2015. Angka ini hampir dua kali lipat antara 2030 dan 2060," ucap Fabby.

Untuk itu, dekarbonisasi sistem transportasi dengan percepatan adopsi kendaraan listrik yang ramah lingkungan dan beremisi rendah menjadi salah satu solusi. Hal ini disebut harus diiringi dengan transisi ke energi terbarukan di sektor kelistrikan.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha